Like This Yo...

Kamis, 10 Juli 2008

Karya Bayu Murdiyanto
Sepanjang

Awas jaga jarak!!!
R.M. Panorama
Dirgahayu Republik Indonesia
Makam Pahlawan
Hotel Nirwana.

Tak bisakah semua?
Berawal di takbir terang
sampai di takbir gelap
(maya tapi pasti)
tanpa tembok.
Tak bisa tahu,
karena hanya batin masingmasing
yang mau percaya kembali
ke titik nadir.

(Sepanjang Pantura, 2008)



Tujuan Langkah Kembali

Ujung jari kakikaki sampai ke tumit,
kenapa tidak dilangkahkan ke jalan
yang becek?
Ujung saraf yang rumit sampai ke titik inti,
kenapa tidak dilemparkan ke lahan
yang basah?

Mungkin karena semua itu
banyak tembok cuil dan perlahan rontok.
Itu sebabnya "kenapa", bukan "harusnya".

Jadi sebelum "harusnya" lebih baik jangan!
Kembali saja
langkah ke tujuan mula!
(Purwokerto, 2008)



Induk Yang Hilang

seekor lebah kembali setelah lelah
mencari madu di barat.
Dengan kedua tangan
dan sisa organ yang lain
ia menggpoh cawan tempat madu
untuk dibawa pulang sebagai bahan makanan
nantinya.
Lebah sampai tujuan,
tapi rumah kosong,
ia masuk kerumah mencari induknya.
tetap kosong.
Tak lama lebah bersedih
bukan karena sedih tapi ada sedih
yang berlebih.
Induknya hilang entah kemana.
Lalu ketika ditanya cawan madu yang ia bawa,
kenapa kau bersedih?
Lebah menjawab, "Aku tak bisa makan
kalau indukku tak ada walau aku bisa mencari madu".

(Purwokerto, 2008. Puisi ini lolos dalam forum Ngobras (ngobrol bareng sastra) di Purwokerto)



Jumat, 04 Juli 2008

Biodata

Bayu Murdiyanto, lahir sebagai anak dari pemain ketoprak sedrhana di yogyakarta 1 februari 1987 lalu. mengenyam pendidikan : TK, Bhayangkari 7, SDN Palmerah 15 Pagi, SMPN 2 Gunung Sindur, SMA Negeri 1 Serpong yang kini menjadi SMA 1 Cisauk, dan saat ini sedang melanjutkan pendidikannya sebagai sarjana sastra di Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto. Saat ini mengelola Komunitas Sastra Sastra Alam di Purwokerto. sedang sibuk juga di dunia perteateran Purwokerto, Teater teksas, Teater Tjotjok, dan komunitas pantomim Alif lam-mime. karyanya berupa naskah drama sudah malang melintang dipentaskan di beberapa pertunjukan besar komunitas di Purwokerto dan dibukukan oleh Komunitas Hujan Tak Kunjung Padam dalam antologi Monolog Orang-Orang Tak Terkenal di Purwokerto. rencana ke depannya akan menyusun Buku Kumpulan Naskah Tunggalnya dalam Judul "Menungguku Privasi"