Like This Yo...

Rabu, 19 Agustus 2009

Kemundurankah atau ketidakpedulian kita? (Sebuah tajuk pemikiran) ഒലെത് Bayu Murdiyanto

Sebelumnya saya akan menyampaikan sebuah pernyataan bagi anda yang berkesempatan membaca tulisan saya ini, yaitu:

“Anda berhak membuang, melempar, atau mencaci tulisan ini apabila anda memang benar-benar tidak menyukai argument saya karena pada dasarnya ini hanyalah keresahan yang terasa dalam diri saya”

Pernahkah anda membaca sebuah karya sastra, tapi ketika pertama kalinya anda menghabiskan karya tersebut anda menjadi bingung akan pesan yang hendak disampaikan? Atau pernahkah anda merasa asing dengan karya sastra, karena anda merasa bahwa sebuah karya sastra adalah momok yang menakutkan? Semua pertanyaan itu menjadi keresahan saya, bahwasanya sastra tidak lagi memasyarakat seperti dulu.

Pada periode lampau, atau dimana sastra masih menjadi kegandrungan bagi semua orang, rasanya karya sastra memiliki ruh yang dapat menjadi pengobar semangat. Pernah anda dengar puisi-puisi karya Chairil Anwar? Banyak karyanya yang memberikan ruh tersendiri bagi pembacanya. Contoh lain, keberanian Alm. Willibrordus Surendra Broto Rendra atau yang biasa kita kenal dengan sebutan W.S. Rendra. W.S. Rendra memiliki banyak karya yang mencoba menyindir pemerintahan pada saat itu (sampai akhirnya puisi-puisinya disebut puisi phamplet) dengan gaya bahasa lugas dan apa adanya. Keberanian Rendra melalui karyanya tersebut, memberikan makna semangat yang teramat besar bagi pembacanya.

Saya pikir tidak ada salahnya hal tersebut terjadi. Kecarut-marutan negara pada masa itu membangkitkan para sastrawan untuk bertindak (mencari kebenaran). Mungkin itu merupakan salah satu alasan yang menjadikan karya-karya mereka terasa memiliki ruh yang kuat. Bayangkan, keprihatinan penjajahan baik intern maupun ekstern terasa benar. Banyak ketidakbenaran yang terjadi pada masa itu. Wajar saja jika semua orang waktu itu mencari kesejatian dari kebenaran. Dengan kata lain rasanya karya sastra pada periode lampau itu memiliki alasan yang kuat dalam menulis karyanya untuk dijadikan pesan bagi para pembacanya.

Untuk saat ini, apakah anda sering membaca karya sastra yang dapat menghibur anda? Atau mungkin anda mencari buku-buku sastra hanya untuk menghibur anda tanpa mempedulikan pesan yang ingin disampaikan? Saya sendiri terkadang jenuh melihat tulisan-tulisan yang mengatasnamakan karya sastra namun menjadi tidak berarti bagi saya karena isinya yang memuakan (dalam tanda petik). Maksud saya, tak lain dan tak bukan bahwasanya saat ini karya sastra mulai kehilangan ruh.

Rasanya keberanian sastrawan mulai luntur, atau sebenarnya mereka sudah mulai takut mengeluarkan karyanya yang kontroversi? Di pasaran bebas saat ini memang banyak sekali buku-buku sastra yang menyajikan kontroversi dalam tulisannya. Tapi saya sendiri menganggap kontroversi tersebut menjadi tidak layak karena bobot pesan yang disampaikan sebenarnya lumrah. Penulis-penulis mencoba memasyarakatkan karya sastra dengan menjual konsep menghibur dalam tulisannya, lalu ternyata hal tersebut justru memelintir pemikiran orang dalam ber-argument. Sastra menjadi suatu hal yang biasa, alih-alih sastra tidak harus keras, sastra tidak harus rumit, penulis-penulis menelurkan karya dengan pesan yang lumrah atau seperti perkataan saya, tidak memiliki ruh.

Lalu apakah karya sastra harus berbentuk rumit, keras, dan ortodoks? Saya berpikir permasalahan tersebut hanya ada pada sekitar permasalahan konsep pengaruh dan mempengaruhi saja. Sisi kemanusiaan yang menjadi salah satu ide dalam penulisan karya sastra saat ini memang memiliki perbedaan yang jauh dengan masa lampau. Percaya atau tidak, semangat orang masa lampau melebihi batas normal, bahkan rela mati demi menjunjung harkat dan martabat umum sementara saat ini orang hanya egois dengan pemikirannya sendiri tanpa memperlihatkan usaha mempertahankan harkat dan martabat umum. Jadi wajar jika karya sastra masa lampau memiliki ruh karena para sastrawan memiliki sisi kemanusiaan yang terdesak oleh keadaan zaman. Sedangkan yang terjadi sekarang, sastrawan, penyair, seniman, dan budayawan seakan memuntahkan semua permasalahan umum yang lumrah hanya saja dengan konsep yang dipaksakan menarik. Bagi saya bentuk karya yang semacam itu tidak dapat dikatakan karya yang mempengaruhi pembacanya. Lalu untuk apa dibuat?

Terlepas dari semua itu masyarakat memiliki andil dalam keterpurukan sastra. Banyak masyarakat sudah memiliki paradigma bahwa sastra itu adalah sekedar curahan hati tentang kejadian-kejadian yang biasa. Lambat laun akhirnya sastra murni sudah kehilangan pangsa dan pecintanya, sementara sastra pop justru mendulang untung besar-besaran atas nama sastra. Saya sengaja menyebutkan sastra pop sebagai ulah kemunduran sastra, sebetulnya bukan genrenya yang salah namun konsep dari genre pop itu yang disalahartikan. Sastra tidak lagi memasyarakat seperti paradigma lama, keglobalan menuntut adanya hal baru tapi apakah sekonyong-konyong merusak hal yang sebenranya?

Jika memang sudah seperti ini siapa atau apa yang salah? Kemunduran sastrakah? Atau ketidakpedulian kita sabagai penikmat sastra?

Selasa, 18 Agustus 2009

Biografi W.S Rendra

Nama Pena:
WS Rendra

Nama Lengkap:
Willibrordus Surendra Broto Rendra

Tarikh Lahir:
Solo, 7 Nopember 1935

Agama:
Islam

Isteri:
Ken Zuraida

Pendidikan:
- SMA St. Josef, Solo
- Fakultas Sastra dan Kebudayaan Universitas Gajah Mada, Yogyakarta
- American Academy of Dramatical Art, New York, USA (1967)

Karya-Karya
Drama:
- Orang-orang di Tikungan Jalan
- SEKDA dan Mastodon dan Burung Kondor
- Oedipus Rex
- Kasidah Barzanji
- Perang Troya tidak Akan Meletus
- dll

Sajak/Puisi:
- Jangan Takut Ibu
- Balada Orang-Orang Tercinta (Kumpulan sajak)
- Empat Kumpulan Sajak
- Rick dari Corona
- Potret Pembangunan Dalam Puisi
- Bersatulah Pelacur-Pelacur Kota Jakarta
- Pesan Pencopet kepada Pacarnya
- Rendra: Ballads and Blues Poem

(terjemahan)
- Perjuangan Suku Naga
- Blues untuk Bonnie
- Pamphleten van een Dichter
- State of Emergency
- Sajak Seorang Tua tentang Bandung Lautan Api
- Mencari Bapak
- Rumpun Alang-alang
- Surat Cinta
- dll

Kegiatan Lain:
Anggota Persilatan PGB Bangau Putih

Penghargaan:
- Hadiah Puisi dari Badan Musyawarah Kebudayaan Nasional (1957)
- Anugerah Seni dari Departemen P & K (1969)
- Hadiah Seni dari Akademi Jakarta (1975)

Biodata:
W.S Rendra dilahirkan di Solo, 7 November 1935. Beliau mendapat pendidikan di Jurusan Sastera Barat Fakultas Sastra UGM (tidak tamat), kemudian memperdalam pengetahuan mengenai drama dan teater di American Academy of Dramatical Arts, Amerika Syarikat (1964-1967).

Sekembali dari Amerika, beliau mendirikan Bengkel Teater di Yogyakarta dan sekaligus menjadi pemimpinnya. Tahun 1971 dan 1979 dia membacakan sajak-sajaknya di Festival Penyair International di Rotterdam. Pada tahun 1985 beliau mengikuti Festival Horizonte III di Berlin Barat, Jerman. Kumpulan puisinya; Ballada Orang-orang Tercinta (1956), 4 Kumpulan Sajak (1961), Blues Untuk Bonnie (1971), Sajak-sajak Sepatu Tua (1972), Potret Pembangunan dalam Puisi (1980), Disebabkan Oleh Angin (1993), Orang-orang Rangkasbitung (1993) dan Perjalanan Aminah (1997).


Rabu, 17 Juni 2009

Puisi Sutardji Calzoum Bachri

ANA BUNGA
Terjemahan bebas (Adaptasi) dari puisi Kurt Schwittters, Anne Blumme

Oleh :
Sutardji Calzoum Bachri

Oh kau Sayangku duapuluh tujuh indera
Kucinta kau
Aku ke kau ke kau aku
Akulah kauku kaulah ku ke kau
Kita ?

Biarlah antara kita saja
Siapa kau, perempuan tak terbilang
Kau
Kau ? - orang bilang kau - biarkan orang bilang
Orang tak tahu menara gereja menjulang
Kaki, kau pakaikan topi, engkau jalan
dengan kedua
tanganmu
Amboi! Rok birumu putih gratis melipat-lipat
Ana merah bunga aku cinta kau, dalam merahmu aku
cinta kau
Merahcintaku Ana Bunga, merahcintaku pada kau
Kau yang pada kau yang milikkau aku yang padaku
kau yang padaku
Kita?
Dalam dingin api mari kita bicara
Ana Bunga, Ana Merah Bunga, mereka bilang apa?

Sayembara :

Ana Bunga buahku
Merah Ana Bunga
Warna apa aku?

Biru warna rambut kuningmu
Merah warna dalam buah hijaumu
Engkau gadis sederhana dalam pakaian sehari-hari
Kau hewan hijau manis, aku cinta kau
Kau padakau yang milikau yang kau aku
yang milikkau
kau yang ku
Kita ?
Biarkan antara kita saja
pada api perdiangan
Ana Bunga, Ana, A-n-a, akun teteskan namamu
Namamu menetes bagai lembut lilin
Apa kau tahu Ana Bunga, apa sudah kau tahu?
Orang dapat membaca kau dari belakang
Dan kau yang paling agung dari segala
Kau yang dari belakang, yang dari depan
A-N-A
Tetes lilin mengusapusap punggungku
Ana Bunga
Oh hewan meleleh
Aku cinta yang padakau!

1999
Catatan: Terjemahan Anna Blume dikerjakan untuk panitia peringatan Kurt Schwitters, Niedersachen, Jerman.

OASE: Sajak-sajak Sutardji Calzoum Bachri
Republikaedisi : 28 November 1999

AYO

Oleh :
Sutardji Calzoum Bachri

Adakah yang lebih tobat
dibanding air mata
adakah yang lebih mengucap
dibanding airmata
adakah yang lebih nyata
adakah yang lebih hakekat
dibanding airmata
adakah yang lebih lembut
adakah yang lebih dahsyat
dibanding airmata

para pemuda yang
melimpah di jalan jalan
itulah airmata
samudera puluhan tahun derita
yang dierami ayahbunda mereka
dan diemban ratusan juta
mulut luka yang terpaksa
mengatup diam

kini airmata
lantang menderam

meski muka kalian
takkan dapat selamat
di hadapan arwah sejarah
ayo
masih ada sedikit saat
untuk membasuh
pada dalam dan luas
airmata ini

ayo
jangan bandel
jangan nekat pada hakekat
jangan kalian simbahkan
gas airmata pada lautan airmata
malah tambah merebak
jangan letupkan peluru
logam akan menangis
dan tenggelam
dikedalaman airmata
jangan gunakan pentungan
mana ada hikmah
mampat
karena pentungan

para muda yang raib nyawa
karena tembakan
yang pecah kepala
sebab pentungan
memang tak lagi mungkin
jadi sarjana atau apa saia

namun
mereka telah
nyempurnakan
bakat gemilang
sebagai airmata
yang kini dan kelak
selalu dibilang
bagi perjalanan bangsa

OASE: Sajak-sajak Sutardji Calzoum Bachri
Republika edisi : 28 November 1999

BATU

Oleh :
Sutardji Calzoum Bachri

batu mawar
batu langit
batu duka
batu rindu
batu janun
batu bisu
kaukah itu
teka
teki
yang
tak menepati janji ?

Dengan seribu gunung langit tak runtuh dengan seribu perawan
hati takjatuh dengan seribu sibuk sepi tak mati dengan
seribu beringin ingin tak teduh. Dengan siapa aku mengeluh?
Mengapa jam harus berdenyut sedang darah tak sampa mengapa gunung harus meletus sedang langit tak sampai mengapa peluk
diketatkan sedang hati tak sampai mengapa tangan melambai
sedang lambai tak sampai. Kau tahu

batu risau
batu pukau
batu Kau-ku
batu sepi
batu ngilu
batu bisu
kaukah itu
teka
teki
yang
tak menepati
janji ?

Memahami Puisi, 1995
Mursal Esten

BAYANGKAN
untuk Salim Said

Oleh :
Sutardji Calzoum Bachri

direguknya
wiski
direguk
direguknya

bayangkan kalau tak ada wiski di bumi
sungai tak mengalir dalam aortaku katanya

di luar wiski
di halaman
anak-anak bermain
bayangkan kalau tak ada anak-anak di bumi
aku kan lupa bagaimana menangis katanya

direguk
direguk
direguknya wiski
sambil mereguk tangis

lalu diambilnya pistol dari laci
bayangkan kalau aku tak mati mati katanya
dan ditembaknya kepala sendiri
bayangkan

1977

sajak-sajak: Sutardji Calzoum Bachri
Date: Wed, 17 Nov 1999 01:27:04 -0800
Mailing List MSI Penyair
Pengirim Nanang Suryadi

GAJAH DAN SEMUT

Oleh :
Sutardji Calzoum Bachri

tujuh gajah
cemas
meniti jembut
serambut

tujuh semut
turun gunung
terkekeh
kekeh

perjalanan
kalbu

1976-1979

sajak-sajak: Sutardji Calzoum Bachri
Date: Wed, 17 Nov 1999 01:27:04 -0800
Mailing List MSI Penyair
Pengirim Nanang Suryadi

JEMBATAN

Oleh :
Sutardji Calzoum Bachri

Sedalam-dalam sajak takkan mampu menampung airmata
bangsa. Kata-kata telah lama terperangkap dalam basa-basi
dalam teduh pekewuh dalam isyarat dan kisah tanpa makna.
Maka aku pun pergi menatap pada wajah berjuta. Wajah orang
jalanan yangberdiri satu kaki dalam penuh sesak bis kota.
Wajah orang tergusur. Wajah yang ditilang malang. Wajah legam
para pemulung yang memungut remah-remah pembangunan.
Wajah yang hanya mampu menjadi sekedar penonton etalase
indah di berbagai palaza. Wajah yang diam-diam menjerit
mengucap
tanah air kita satu
bangsa kita satu
bahasa kita satu
bendera kita satu !
Tapi wahai saudara satu bendera kenapa sementara jalan jalan
mekar di mana-mana menghubungkan kota-kota, jembatan-jembatan
tumbuh kokoh merentangi semua sungai dan lembah
yang ada, tapi siapakah yang akan mampu menjembatani jurang
di antara kita ?
Di lembah-lembah kusam pada puncak tilang kersang dan otot
linu mengerang mereka pancangkan koyak-miyak bendera hati
dipijak ketidakpedulian pada saudara. Gerimis tak ammpu
mengucapkan kibarnnya.
Lalu tanpa tangis mereka menyanyi padamu negeri airmata kami.

Sajak-sajak Perjuangan dan Nyanyian Tanah Air

KUCING

Oleh :
Sutardji Calzoum Bachri

ngiau! Kucing dalam darah dia menderas
lewat dia mengalir ngilu ngiau dia ber
gegas lewat dalam aortaku dalam rimba
darahku dia besar dia bukan harimau bu
kan singa bukan hiena bukan leopar dia
macam kucing bukan kucing tapi kucing
ngiau dia lapar dia merambah rimba af
rikaku dengan cakarnya dengan amuknya
dia meraung dia mengerang jangan beri
daging dia tak mau daging Jesus jangan
beri roti dia tak mau roti ngiau ku
cing meronta dalam darahku meraung
merambah barah darahku dia lapar 0 a
langkah lapar ngiau berapa juta hari
dia tak makan berapa ribu waktu dia
tak kenyang berapa juta lapar lapar ku
cingku berapa abad dia mencari menca
kar menunggu tuhan mencipta kucingku
tanpa mauku dan sekarang dia meraung
mencariMu dia lapar jangan beri da
ging jangan beri nasi tuhan mencipta
nya tanpa setahuku dan kini dia minta
tuhan sejemput saja untuk tenang seha
ri untuk kenyang sewaktu untuk tenang

Memahami Puisi, 1995
Mursal Esten

LA NOCHE DE LAS PALABRAS
(EL DIARIO DE MEDELLIN)

Oleh :
Sutardji Calzoum Bachri

Di cafe jalanan Noventa Y Sieta, Medellin, Columbia
kami mengepung bulan
dan mereka yang mendengarkan puisi kami
mencoba menaklukkan bulan dengan cara mereka
berkomplot dengan anggur daun cerbeza
bersekongkol dengan gadisgadis
memancing bulan dengan keluasan dada

Musim panas
Menjulang di Medelin
menampilkan sutera
di keharibaan malam cuaca

ratusan para lilin
menyandar di pundak malam
mengucap
menyebutnyebut cahaya
sambil mencoba
memahami takdir di wajah-wajah usia

kami para penyair
meneruskan zikir kami
-palabras palabras palabras palabras
-
--kata kata kata kata --
semakin kental mengucap
cahaya pun memadat
sampai kami bisa buat
sesuka kami atas padat cahaya

lantas bulan kesurupan
kesadaran kami meninggi
bulan turun pada kami
dan kami mengatasi bulan

sampailah kami pada kerajaan kata-kata
jika kami membilang ayah
ia juga ayah kata-kata
jika kami menyebut hari
juga harinya kata-kata
jika kami mengucap diri
pastilah juga diri kata kata

Di cafe jalanan Medellin
purnama jatuh
kata-kata menjadi kami
kami menjadi kata kata

Medellin, Colombia 1997

OASE: Sajak-sajak Sutardji Calzoum Bachri
Republikaedisi : 28 November 1999

LUKA

Oleh :
Sutardji Calzoum Bachri

ha ha

sajak-sajak: Sutardji Calzoum Bachri
Date: Wed, 17 Nov 1999 01:27:04 -0800
Mailing List MSI Penyair
Pengirim Nanang Suryadi

MANTERA

Oleh :
Sutardji Calzoum Bachri

lima percik mawar
tujuh sayap merpati
sesayat langit perih
dicabik puncak gunung
sebelas duri sepi
dalam dupa rupa
tiga menyan luka
mengasapi duka

puah!
kau jadi Kau!
Kasihku

Memahami Puisi, 1995
Mursal Esten

NGIAU

Oleh :
Sutardji Calzoum Bachri

Suatu gang panjang menuju lumpur dan terang tubuhku mengapa
panjang. Seekor kucing menjinjit tikus yang menggelepar
tengkuknya. Seorang perempuan dan seorang lelaki bergigitan.
Yang mana kucing yang mana tikusnya? Ngiau! Ah gang
yang panjang. Cobalah tentukan! Aku kenal Afrika aku kenal
Eropa aku tahu Benua aku kenal jam aku tagu jentara
aku kenal terbang. Tapi bila dua manusia saling gigitan
menanamkan gigi-gigi sepi mereka akan ragu menetapkan yang
mana suka yang mana luka yang mana hampa yang mana
makna yang mana orang yang mana kera yang mana dosa yang
mana surga.

sajak-sajak: Sutardji Calzoum Bachri
Date: Wed, 17 Nov 1999 01:27:04 -0800
Mailing List MSI Penyair
Pengirim Nanang Suryadi

O

Oleh :
Sutardji Calzoum Bachri

dukaku dukakau dukarisau dukakalian dukangiau
resahku resahkau resahrisau resahbalau resahkalian
raguku ragukau raguguru ragutahu ragukalian
mauku maukau mautahu mausampai maukalian maukenal maugapai
siasiaku siasiakau siasia siabalau siarisau siakalian siasia
waswasku waswaskau waswaskalian waswaswaswaswaswaswaswaswaswas
duhaiku duhaikau duhairindu duhaingilu duhaikalian duhaisangsai
oku okau okosong orindu okalian obolong o risau o Kau O...

sajak-sajak: Sutardji Calzoum Bachri
Date: Wed, 17 Nov 1999 01:27:04 -0800
Mailing List MSI Penyair
Pengirim Nanang Suryadi

PARA PEMINUM

Oleh :
Sutardji Calzoum Bachri

di lereng lereng
para peminum
mendaki gunung mabuk
kadang mereka terpeleset
jatuh
dan mendaki lagi
memetik bulan
di puncak

mereka oleng
tapi mereka bilang
--kami takkan karam
dalam lautan bulan--
mereka nyanyi nyai
jatuh
dan mendaki lagi

di puncak gunung mabuk
mereke berhasil memetik bulan
mereka mneyimpan bulan
dan bulan menyimpan mereka

di puncak
semuanya diam dan tersimpan

Sajak-sajak: Sutardji Calzoum Bachri
Date: Wed, 17 Nov 1999 01:27:04 -0800
Mailing List MSI Penyair
Pengirim Nanang Suryadi

SEPISAUPI

Oleh :
Sutardji Calzoum Bachri

sepisau luka sepisau duri
sepikul dosa sepukau sepi
sepisau duka serisau diri
sepisau sepi sepisau nyanyi

sepisaupa sepisaupi
sepisapanya sepikau sepi
sepisaupa sepisaupoi
sepikul diri keranjang duri

sepisaupa sepisaupi
sepisaupa sepisaupi
sepisaupa sepisaupi
sampai pisauNya ke dalam nyanyi

1973

sajak-sajak: Sutardji Calzoum Bachri
Date: Wed, 17 Nov 1999 01:27:04 -0800
Mailing List MSI Penyair
Pengirim Nanang Suryadi

TANAH AIR MATA

Oleh :
Sutardji Calzoum Bachri

Tanah airmata tanah tumpah dukaku
mata air airmata kami
airmata tanah air kami

di sinilah kami berdiri
menyanyikan airmata kami

di balik gembur subur tanahmu
kami simpan perih kami
di balik etalase megah gedung-gedungmu
kami coba sembunyikan derita kami

kami coba simpan nestapa
kami coba kuburkan duka lara
tapi perih tak bisa sembunyi
ia merebak kemana-mana

bumi memang tak sebatas pandang
dan udara luas menunggu
namun kalian takkan bisa menyingkir
ke manapun melangkah
kalian pijak airmata kami
ke manapun terbang
kalian kan hinggap di air mata kami
ke manapun berlayar
kalian arungi airmata kami
kalian sudah terkepung
takkan bisa mengelak
takkan bisa ke mana pergi
menyerahlah pada kedalaman air mata

(1991)

Sajak-sajak Perjuangan dan Nyanyian Tanah Air

TAPI

Oleh :
Sutardji Calzoum Bachri

aku bawakan bunga padamu
tapi kau bilang masih
aku bawakan resahku padamu
tapi kau bilang hanya
aku bawakan darahku padamu
tapi kau bilang cuma
aku bawakan mimpiku padamu
tapi kau bilang meski
aku bawakan dukaku padamu
tapi kau bilang tapi
aku bawakan mayatku padamu
tapi kau bilang hampir
aku bawakan arwahku padamu
tapi kau bilang kalau
tanpa apa aku datang padamu
wah !

Memahami Puisi, 1995
Mursal Esten

TRAGEDI WINKA & SIHKA

Oleh :
Sutardji Calzoum Bachri

kawin
kawin
kawin
kawin
kawin
ka
win
ka
win
ka
win
ka
win
ka
winka
winka
winka
sihka
sihka
sihka
sih
ka
sih
ka
sih
ka
sih
ka
sih
ka
sih
sih
sih
sih
sih
sih
ka
Ku

Memahami Puisi, 1995
Mursal Esten

WALAU

Oleh :
Sutardji Calzoum Bachri

Walau penyair besar
takkan sampai sebatas allah
dulu pernah kuminta tuhan
dalam diri

sekarang tak
kalau mati
mungkin matiku bagai batu tamat bagai pasir tamat
tujuh puncak membilang-bilang
nyeri hari mengucap-ucap
di butir pasir kutulis rindu rindu
walau huruf habislah sudah
alif bataku belum sebatas allah

Memahami Puisi, 1995
Mursal Esten

Senin, 25 Mei 2009

Sebuah Naskah Monolog Karya : Arifin C Noer

Setting :
Ruang tengah dari sebuah ruang yang cukup menyenangkan, buat suatu keluarga yang tidak begitu rakus. Lumayan keadaannya, sebab lumayan pula penghasilan si pemiliknya. Sebagai seorang kasir di sebuah kantor dagang yang lumayan pula besarnya. Kasir kita itu bernama :
Misbach Jazuli
Sandiwara ini ditulis khusus untuk latihan bermain. Sebab itu sangat sederhana sekali. Dan sangat kecil sekali. Dan sandiwara ini kita mulai pada suatu pagi. Mestinya pada suatu pagi itu ia sudah duduk dekat kasregisternya di kantornya, tapi pagi itu ia masih berada di ruang tengahnya, kelihatan lesu seperti wajahnya.
Tas sudah dijinjingnya dan ia sudah melangkah hendak pergi. Tapi urung lagi untuk yang kesekian kalinya. Dia bersiul sumbang untuk mengatasi kegelisahannya. Tapi tak berhasil.

Saudara-saudara yang terhormat. Sungguh sayang sekali, sandiwara yang saya mainkan ini sangat lemah sekali. Pengarangnya menerangkan bahwa kelemahannya, maksud saya kelemahan cerita ini disebabkan ia sendiri belum pernah mengalaminya; ini. Ya, betapa tidak saudara? Sangat susah.

Diletakkannya tasnya
Saya sangat susah sekali sebab istri saya sangat cantik sekali. Kecantikannya itulah yang menyebabkan saya jadi susah dan hampir gila. Sungguh mati, saudara. Dia sangat cantik sekali. Sangat jarang Tuhan menciptakan perempuan cantik. Disengaja. Sebab perempuan-perempuan jenis itu hanya menyusahkan dunia. Luar biasa, saudara. Bukan main cantiknya istri saya itu. Hampir-hampir saya sendiri tidak percaya bahwa dia itu istri saya.

Saya berani sumpah! Dulu sebelum dia menjadi istri saya tatkala saya bertemu pandang pertama kalinya disuatu pesta berkata saya dalam hati : maulah saya meyobek telinga kiri saya dan saya berikan padanya sebagai mas kawin kalau suatu saat nanti ia mau menjadi istri saya. Tuhan Maha Pemurah. Kemauan Tuhan selamanya sulit diterka. Sedikit banyak rupanya suka akan surpraise.

Buktinya? Meskipun telinga saya masih utuh, toh saya telah berumah tangga dengan Supraba selama lima tahun lebih.
Aduh cantiknya.
Saya berani mempertaruhkan kepala saya bahwa bidadari itu akan tetap bidadari walaupun ia telah melahirkan anak saya yang nomer dua, saya hampir tidak percaya pada apa yang saya lihat. Tubuh yang terbaring itu masih sedemikian utuhnya. Caaaaannnnttiiik.
Ah kata cantikpun tak dapat pula untuk menyebutkan keajaibannya. Cobalah. Seandainya suatu ketika gadis-gadis sekolah berkumpul dan istri saya berada diantara mereka, saya yakin, saudara-saudara pasti memilih istri saya, biarpun saudara tahu bahwa dia seorang janda.

Lesu.
Ya, saudara. Kami telah bercerai dua bulan lalu. Inilah kebodohan sejati dari seorang lelaki. Kalau saja amarah itu tak datang dalam kepala, tak mungkin saya akan sebodoh itu menceraikan perempuan ajaib itu.

Semua orang yang waras akan menyesali perbuatan saya, kecuali para koruptor, sebab mereka tak mampu lagi menyaksikan harmoni dalam hidup ini. Padahal harmoni adalah keindahan itu sendiri. Dan istri saya, harmonis dalam segala hal. Sempurna.
Menarik napas.
Bau parfumnya! Baunya! Seribu bunga sedap malam di kala malam, seribu melati di suatu pagi. Segar, segar!
Telepon berdering.

Telepon berdering
Itu dia! Sebentar (ragu-ragu)
Selama seminggu ini setiap pagi ia selalu menelpon. Selalu ditanyakannya :”Sarapan apa kau, mas” Kemarin saya menjawab :”Nasi putih dengan goreng otak sapi”
Pagi ini saya akan menjawab .....

Mengangkat gagang telepon
Misbach Jazuli disini. Hallo? Hallo! Halloooo!
Meletakkan pesawat telepon
Salah sambung. Gilaa! Saya marah sekali. Penelpon itu tak tahu perasaan sama sekali.

Tiba-tiba
Oh ya! Jam berapa sekarang?

Gugup melihat arloji
Tepat! Delapan seperempat. Saya telah terlambat tiga perempat jam. Maaf saya harus ke kantor. Lain kali kita sambung cerita ini atau datanglah ke kantor saya, PT Dwi Warna di jalan Merdeka. Tanyakan saja disana nama saya, kasir Jazuli. Maaf. Sampai ketemu.

Melangkah cepat. Sampai di pintu sebentar ia ragu. Tapi kemudian ia terus juga.
Agak lama, kasir kita masuk lagi dengan lesu.

Mudah mudahan perdagangan internasional dan perdagangan nasional tidak terganggu meskipun hari ini saya telah memutuskan tidak masuk kantor.
Tidak, saudara! Saudara tidak bisa seenaknya mencap saya punya bakat pemalas. Saudara bisa bertanya kepada pak Sukandar kepala saya, tentang diri Misbah Jazuli.

Tentu pak Sukandar segera mencari kata-kata yang terbaik untuk menghormati kerajinan dan kecermatan saya. Kalau saudara mau percaya, hari inilah hari pertama saya membolos sejak enam tahun lebih saya bekerja di PT Dwi Warna.
Seperti saudara saksikan sendiri badan saya sedemikian lesunya, bukan? Tuhanku! Ya, hanya Tuhanlah yang tahu apa yang terjadi dalam diri saya. Saya rindu pada istri saya dan sedang ditimpa rasa penyesalan dan saya takut masuk kantor berhubung pertanggung jawaban keuangan....

Telepon berdering.
Sekarang pasti dia! (Menuju pesawat telepon)
Saya sendiri tidak tahu kenapa selama seminggu ini ia selalu menelpon saya.
Apa mungkin ia mengajak rukun dan rujuk kembali...tak tahulah saya. Saya sendiri pun terus mengharap ia kembali dan, tapi tidak! Saya tak boleh menghina diri sendiri begitu bodoh! Bukan saya yang salah. Dia yang salah. Yang menyebabkan peristiwa perceraian ini bukan saya tapi dia. Dia yang salah. Sebab itu dia yang selayaknya minta maaf pada saya. Ya, dia harus minta maaf.

Toch saya laki-laki berharga : saya punya penghasilan yang cukup.
Laki-laki gampang saja menarik perempuan sekalipun sudah sepuluh kali beristri. Pandang perempuan dengan pasti, air muka disegarkan dengan sedikit senyum, dan suatu saat berpura-pura berpikir menimbang kecantikannya dan kemudian pandang lagi, dan pandang lagi, dan jangan sekali kali kasar, wajah lembut seperti waktu kita berdoa dan kalau perempuan itu menundukkan kepalanya berarti laso kita telah menjerat lehernya. Beres!
Nah, saya cukup punya martabat, bukan? Dan lagi dia yang salah! Ingat, dia yang salah. Nah, saudara tentu sudah tahu tentang sifat saya. Saya sombong seperti umumnya laki-laki dan kesombongan saya mungkin juga karena sedikit rasa rendah diri, tidak! Bukankah saya punya tampang tidak begitu jelek?

Telepon berdering lagi.
Pasti isteri saya (Menarik napas panjang)
Saya telah mencium bau bedaknya. Demikian wanginya sehingga saya yakin kulitnya yang menyebabkan bedak itu wangi. Oh, apa yang sebaiknya saya katakan?
Tidak! Saya harus tahu harga diri. Kalau dia ku maafkan niscaya akan semakin kurang ajar. Saudara tahu? Mengapa semua ini bisa terjadi? Oh, kecantikan itu! Ah! Bangsat! Selama ini saya diusiknya dengan perasaan-perasaan yang gila. Bangsat!

Saudara tahu? Dia telah berhubungan lagi dengan pacarnya ketika di SMA! Ya, memang saya tidak tahu benar, betul tidaknya prasangka itu. Tapi cobalah bayangkan betapa besar perasaan saya. Suatu hari secara kebetulan saya pulang dari kantor lebih cepat dari biasanya dan apa yang saya dapati? Laki-laki itu ada di sini dan sedang tertawa-tawa. Dengar! Tertawa-tawa. Ya, Tuhan. Cemburuku mulai menyerang lagi. Perasaan cemburu yang luar biasa.

Telepon berdering lagi.
Pasti dia.

Mengangkat gagang telepon.
Misbach Jazuli di sini, hallo?

Segera menjauhkan pesawat telepon dari telinganya.
Inilah ular yang menggoda Adam dahulu. Perempuan itu menelepon dalam keadaan aku begini. Jahanam! (kasar) Ya, saya Jazuli, ada apa? Nanti dulu. Jangan dulu kau memakai kata-kata cinta yang membuat kaki gemetar itu! Dengar dulu! Apa perempuan biadap! Kau telah menghancurkan kejujuranku! Dengarkan! Kau telah menghancurkan kejujuranku! Dengarkan! Kau telah menyebabkan semuanya semakin berantakan dan membuat aku gelisah dan takut seperti buronan!

Meletakkan pesawat dengan marah.
Betapa saya marah. Sesudah beberapa puluh juta uang kantor saya pakai berpoya-poya, apakah ia mengharap saya mengangkat lemari besi itu ke rumahnya. Gila!

Ya, saudara. Saya telah berhubungan dengan seorang perempuan, beberapa hari setelah saya bertengkar di pengadilan agama itu. Saya tertipu. Uang saya ludes, uang kantor ludes. Tapi saya masih bisa bersyukur sebab lumpur itu baru mengenai betis saya. Setengah bulan yang lalu saya terjaga dari mimpi edan itu. Betapa saya terkejut, waktu menghitung beberapa juta uang kantor katut. Dan sejak itulah saya ingat isteri saya. Dan saya mendengar tangis anak-anak saya. Tambahan lagi isteri saya selalu menelepon sejak seminggu belakangan ini.
Tuhanku! Bulan ini bulan Desember, beberapa hari lagi kantor saya mengadakan stock opname. Inilah penderitaan itu.
Memandang potret di atas rak buku.
Sejak seminggu yang lalu saya pegang lagi potret itu. Tuhan, apakah saya mesti menjadi penyair untuk mengutarakan sengsara badan dan sengsara jiwa ini?
Apabila anak-anak telah tidur semua, dia duduk di sini di samping saya. Dia membuka-buka majalah dan saya membaca surat kabar. Pabila suatu saat mata kami bertemu maka kami pun sama-sama tersenyum. Lalu saya berkata lembut : “Manis, kau belum mengantuk?” Wajahnya yang mentakjubkan itu menggeleng-geleng indah dan manis sekali. Dia berkata, juga dengan lembut : “Aku hanya menunggu kau, mas” Saya tersenyum dan saya berkata lagi : “Aku hanya membaca koran, manis” Dan lalu ia berkata : “ Aku akan menunggui kau membaca koran, mas” Kemudian kami pun sama-sama tersenyum bagai merpati jantan dan betina.

Kubelai rambutnya yang halus mulus itu. Duuh wanginya. Nyamannya. Lautan minyak wangi yang memingsankan dan membius sukma. Apabila dia berkata seraya menengadah “Mas”. Maka segera kupadamkan lampu di sini dan lewat jendela kaca kami menyaksikan pekarangan dengan bunga-bunga yang kabur, dan langit biru bening dimana purnama yang kuning telor ayam itu merangkak-rangkak dari ranting keranting.

Tiba-tiba ganti nada.
Hah, saya baru saja telah menjadi penyair cengeng untuk mengenang semua itu. Tidak-tidak! Laki-laku itu ............, sebentar. Saya belum menelepon ke kantor bukan ? Sebentar.

Diangkatnya pesawat telepon itu ! memutar nomornya.
Hallo, minta 1237 utara. Hallo ! ....... Saudara Anief ... ? Kebetulan .... Ya, ya, mungkin pula influenza. (batuk-batuk-dan menyedot hidungnya) Yang pasti batuk dan pilek. Saudara....ya?....Ya, ya saudara Anief, saya akan merasa senang sekali kalau saudara sudi memintakan pamit saya kepada pak Sukandar....Terima kasih...Ya? Apa? Saudara bertemu dengan isteri saya disebuah restoran?

Nada suaranya naik.
Apa? Dengan laki-laki? (menahan amarahnya) Tentu saja saya tidak boleh marah, saudara. Dia bukan istri saya. Ya, ya...Hallo! Ya, jangan lupa pesan saya pada pak Sukandar.
(batuk dan menyedot hidungnya lagi) Saya sakit. Ya, pilek. Terima kasih.

Meletakan pesawat telepon.
Seharusnya saya tak boleh marah. Bukankah dia bukan isteri saya lagi? Ah, persetan : pokoknya saya marah! Persetan : cemburuan kumat lagi? Ah, persetan! Saudara bisa mengira apa yang terdapat dalam hati saya. Saudara tahu apa yang ingin saya katakan pada saudara? Saya hanya butuh satu barang, saudara. Ya, benar-benar saya butuh pistol, saudara. Pistol. Saya akan bunuh mereka sekaligus. Kepala mereka cukup besar untuk menjaga agar peluru saya tidak meleset dari pelipisnya.

Nafasnya sudah kacau.
Kalau mayat-mayat itu sudah tergeletak di lantai, apakah saudara pikir saya akan membidikkan pistol itu ke kening saya? Oh, tidak! Dunia dan hidup tidak selebar daun kelor, saudara! Sebagai orang yang jujur dan jangan lupa saya adalah seorang ksatria dan sportif, maka tentu saja secara jantan saya akan menghadap dan menyerahkan diri pada pos polisi yang terdekat dan berkata dengan bangga dan herooik : “Pak saya telah menembak Pronocitra dan Roro Mendut.”

Tentu polisi itu akan tersenyum. Dan kagum campur haru. Dan bukan tidak mungkin ia akan memberi saya segelas teh. Dan baru setelah itu membawa saya ke dalam sebuah sel yang pengap.
Hari selanjutnya saya akan diperiksa. Ya, diperiksa. Lalu diadili. Ya, diadili. Saudara tahu apa yang hendak saya katakan pada hakim? Kepada hakim, kepada jaksa, kepada panitera dan kepada seluruh hadirin akan saya katakan bahwa mereka pengganggu masyarakat maka sudah sepatutnya dikirim ke neraka jahanam. Bukankah bumi ini bumi Indonesia yang ketentramannya harus dijaga oleh setiap warganya?
Saudara pasti tahu seperti saya pun tahu hakim yang botak itu akan berkata seraya menjatuhkan palunya : “Seumur hidup di Nusa Kambangan!”
Pikir saudara saya akan pingsan mendengar vonis semacam itu? Ooo, tidak saudara. Saya akan tetap percaya pada Tuhan. Tuhan lebih tahu daripada Hakim yang botak dan berkaca mata itu.

Lagi pula saya sudah siap untuk dibawa ke Nusa Kambangan. Di pulau itu saya hanya akan membutuhkan beberapa rim kertas dan pulpen. Ya, saudara. Saya akan menjadi pengarang. Saya akan menulis riwayat hidup saya dan proses pembunuhan itu yang sebenarnya, sehingga dunia akan sama membacanya. Saya yakin dunia akan mengerti letak soal yang sejati. Dunia akan menangis. Perempuan-perempuan akan meratap.

Dan seluruh warga bumi ini akan berkabung sebab telah berbuat salah menghukum seseorang yang tak bersalah. Juga saya yakin hakim itu akan mengelus-elus botaknya dan akan mengucurkan air matanya sebab menyesal dan niscaya dia akan membuang palunya ke luar. Itulah rancangan saya.

Saya sudah berketetapan hati. Saya sudah siap betul-betul sekarang. Siap dan nekad. Ooo, nanti dulu. Saya ingat sekarang. Saya belum punya pistol. Dimana saya bisa mendapatkannya? Inilah perasaan seorang pembunuh. Dendam dendam yang cukup padat seperti padatnya kertas petasan. Dahsyat letusannya. Saya ingat Sherlocks Holmes sekarang. Agatha Christi, Edgar Allan Poe. Sekarang saya insaf. Siapapun tidak boleh mencibirkan segenap pembunuh. Sebab saya kini percaya ada berbagai pembunuh di atas dunia ini. Dan yang ada di hadapan saudara, ini bukan pembunuh sembarang pembunuh. Jenis pembunuh ini adalah jenis pembunuh asmara.

Nah, saya telah mendapatkan judul karangan itu.
“Pembunuh Asmara” Lihatlah dunia telah berubah hanya dalam tempo beberapa anggukan kepala. Persetan! Dimana pistol itu dapat saya beli? Apakah saya harus terbang dulu ke Amerika, ke Dallas? Tentu saja tidak mungkin. Sebab itu berarti memberikan mereka waktu untuk melarikan diri sebelum kubekuk lehernya.

Oh, betapa marah saya. Darah seperti akan meledakan kepala saya. Betapa! Sampai-sampai saya ingin menyobek dada ini. Oh,...saya sekarang merasa bersahabat dengan Othello. Saudara tentu kenal dia, bukan? Dia adalah tokoh pencemburu dalam sebuah drama Shakespeare yang terkenal.
Othello. Dia bangsa Moor sedang saya bangsa Indonesia, namun sengsara dan senasib akibat kejahilan cantiknya anak cucu Hawa.

Telepon berdering! Seperti seekor harimau ia!
Itu dia.

Mengangkat pesawat telepon dengan kasar.
Hallo!!! Ya, disini Jazuli !! Kasir !! Ada apa?

Tiba-tiba berubah.
Oh,...maaf pak. Pak Sukandar, kepala saya. Maaf, pak. Saya kira isteri saya. Saya baru saja marah-marah...Ya, ya memang saya...Ya, ya.

Tertawa. 
Ya, pak...

Batuk-batuk. Menyedot hidungnya. 
Influenza... Ya, mudah-mudahan..Ya, pak....Ya.
Saudara, dengarlah. Dia mengharap saya besok masuk kantor untuk pemberesan keuangan....Ya?..Insya Allah, pak..Ada pegawai baru?..Siapa, pak? Istri saya, pak?

Tertawa.
Ya, pak...

Batuk-batuk dan menyedot hidungnya.
Ya, pak. Terima kasih. Terima kasih, pak. Besok.

Meletakan pesawat telepon.
Persetan! Saya yakin istri saya pasti kehabisan uang sekarang. Apakah saya mesti mengasihani dia? Tidak! Saya mesti membunuhnya.

Seakan menusukkan pisau.
Singa betina! Ya, sebaiknya dengan pisau saja, pisau.

Telepon berdering.
Persetan! Sekarang pasti dia.

Mengangkat telepon.
Kasir disini! Kasir PT Dwi Warna! Apa lagi! Jahanam! Ular betina yang telah menjadikan aku koruptor itu! Jangan bicara apa-apa! Tutup mulutmu! Mulutmu bau busuk! Aku bisa mati mendengar kata-katamu lewat telepon! Cari saja laki-laki lain yang hidungnya besar. Penggoda bah! Cari yang lain! Toch kau seorang petualang!

Meletakan pesawat telepon.
Jahanam! Apakah saya mesti membunuh tiga orang sekaligus dalam seketika? O, ya. Tadi saya sudah memikirkan pisau. Ya, pisaupun cukup untuk menghentikan jantung mereka berdenyut. (geram). Sayang sekali. Pengarang sandiwara ini bukan seorang pembunuh sehingga hambarlah cerita ini.
Tapi tak apa. Toch saya sudah cukup marah untuk membunuh mereka. Namun sebaiknya saya maki-maki dulu alisnya yang nista itu. Saya harus meneleponnya!

Mengangkat telepon.
Kemana saya harus menelepon? Tidak! (meletakan telepon)
Lebih baik saya rancangkan dulu secara masak-masak semuanya sekarang. Demi Allah, saudara mesti mengerti perasaan saya. Bilanglah pada isteri saudara-saudara : “Manis, jagalah perasaan suamimu, supaya jangan bernasib seperti Jazuli.”
Ya, memang saya adalah laki-laki yang malang. Tapi semuanya sudah terlanjur. Sayapun telah siap. Dengan menyesal sekali saya akan menjadi seorang pembunuh dalam sandiwara ini.

Seperti mendengar telepon berdering.
Hallo? Jazuli disini. Jazuli (sadar)
Saya kira berdering telepon tadi. Nah, saudara bisa melihat keadaan saya sekarang. Mata saya betul-betul gelap. Telinga saya betul-betul pekak. Saya tidak bisa lagi membedakan telepon itu berdering atau tidak. Artinya sudah cukup masak mental saya sebagai seorang pembunuh.
Tapi seorang pembunuh yang baik senantiasa merancangkan pekerjaan dengan baik pula seperti halnya seorang kasir yang baik. Mula-mula, nanti malam tentu, saya masuki halaman rumahnya. Saya berani mempertaruhkan separuh nyawa saya, pasti laki-laki itu ada disana. Dalam cahaya bulan yang diterangi kabut : ..Saya bayangkan begitulah suasananya.
Bulan berkabut, udara beku oleh dendam, sementara belati telah siap tersembunyi di pinggang dalam kemeja, saya ketok pintu serambinya.
Mereka pasti terkejut. Lebih-lebih mereka terkejut melihat pandangan mata saya yang dingin, pandangan mata seorang pembunuh.
Untuk beberapa saat akan saya pandangi saja mereka sehingga badan mereka bergetaran dan seketika menjadi tua karena ketakutan. Dan sebelum laki-laki itu sempat mengucapkan kalimatnya yang pertama, pisau telah tertancap di usarnya. Dan pasti isteri saya menjerit, tapi sebelum jerit itu cukup dapat memanggil tetangga-tetangga maka belati ini telah bersarang dalam perutnya. Tentu. Saya akan menarik nafas lega. Kalau mayat-mayat itu telah kaku terkapar di lantai, saya akan berkata : “Terpaksa. Jangan salahkan saya. Keadilan menuntut balas.”

Tiba-tiba pening di kepala.
Tapi kalau sekonyong-konyong muncul kedua anak saya? Ita dan Imam? Kalau mereka bertanya : “Pak, ibu kenapa pak? Pak, ibu pak?

Memukul-mukul kepalanya.
Tuhanku!

Duduk.
Dia melamun sekarang. Dua orang anaknya, Ita dan Imam, 5 dan 4 tahun menari-nari disekelilingnya. Di ruang tengah itu dengan sebuah nyanyian kanak-kanak : Bungaku.
Saudara-saudara bisa merasakan hal ini? Mereka sangat manisnya. Lihatlah. Saya tidak bisa lagi marah. Saya pun tak bisa lagi peduli pada apa saja selain kepada anak-anak yang manis itu. Saya tidak tahu lagi apakah isteri saya cantik apakah tidak. Saya tidak tahu lagi apakah laki-laki itu jahanam apakah tidak.
Saya hanya tahu anak-anak itu sangat manisnya. Betapa saya ingin melihat lagi bagaimana mereka tertawa. Tak ada yang lain mutlak harus dipertahankan kecuali anak-anak itu. Saudara-saudara mengerti maksud saya? Apakah hanya karena cemburu saya mesti merusak kembang-kembang yang telah bermekaran itu?
Balerina-balerina kecil itu menari bagai malaikat-malaikat kecil.
Semangat hidup yang sejati dan keberanian yang sejati timbul dalam diri begitu saya ingat Ita dan Imam anak-anak saya. Seakan mereka berkata : “Pak susulah ibu, pak. Pak, ke kantorlah, pak.”
Ya, Ita. Ya, Imam.
Malaikat-malaikat kecil itu gaib menjelma udara.
Saya harus pergi ke kantor. Akan saya katakan semuanya pada pak Sukandar. Saya akan mengganti uang itu setelah besok saya jual beberapa barang dalam rumah ini. Setelah semua beres saya akan mulai lagi hidup dengan tenang dan tawakal kepada Tuhan. Hari ini hari Jumat, di masjid setelah sembahyang saya akan minta ampun kepada Allah.
Saya tak mau tahu lagi apakah laki-laki Rahwana atau bukan. Saya tak mau tahu lagi apakah Sinta itu serong atau tidak. Saya tidak peduli. Tuhan ada dan laki-laki yang macam itu dan perempuan itu ada dalam hidup saya. Semuanya harus saya hadapi dengan arif, sebab kalau tidak Indonesia akan hancur berhubung saya menelantarkan anak-anak saya, Ita dan Imam.

Telepon berdering.
Jahanam! Kalau saudara mau percaya, inilah sundal itu. Setiap kali saya tengah berpikir begini, jahanam itu menelpon saya.

Telepon berdering lagi.
Jahanam! Inilah sundal itu sesudah uang kantor ludes, apakah ia mengharap rumah ini dijual.

Mengangkat pesawat telepon.
Ya, Misbach Jazuli

Tersirap darahnya.
Saudara, jantung saya berdebar seperti kala duduk di kursi pengantin. Demi Tuhan, tak salah ini adalah suara istri saya. Oh saya telah mencium bau bedaknya. Hutan mawar dan hutan anggrek. Ya, manis. Saya sendiri. Saya yakin dia pun sepikiran dengan saya. Saya akan mencoba menyingkap kenangan lama.
Hallo?..Tentu...Tentu. kenapa kau tidak menelepon tadi? Ya...ke kantor, bukan? Memang saya agak flu dan batuk-batuk.
(akan batuk tapi urung) ...Ya, manis. Kau ingat laut, pantai, pasir, tikar, kulit-kulit kacang..ah, indah sekali bukan?...Tentu...Tentu...He...?...Bagaimana?....Kawin? Kau?...Segera?
Lihatlah, niat baik selamanya tidak mudah segera terwujud. Apa?...Apa? Ha??? Saudara, gila perempuan itu. Apakah ini bukan suatu penghinaan? Dia mengharap agar nanti sore saya datang ke rumahnya untuk melihat apakah laki-laki calon suaminya itu cocok atau tidak baginya. Gila. Hmm, rupanya laki-laki yang dulu itu cuma iseng saja. Ya, tentu..bisa!

Meletakan pesawat dengan kasar.
Jahanam. Saudara tentu mampu merasakan apa yang saya rasakan. Beginilah, kalau pengarang sandiwara ini belum pernah mengalami peristiwa ini. Beginilah jadinya. Saya sendiri pun jadi bingung untuk mengakhiri cerita ini.
(tiba-tiba) Persetan pengarang itu! Jam berapa sekarang? Persetan semuanya! Yang penting saya akan ke kantor meski sudah siang. Dari kantor saya akan langsung ke masjid. Dari masjid langsung ke rumah mertua saya. Langsung saya boyong semuanya. Anak-anak itu menanti saya. Persetan! Sampai ketemu. Selamat siang.

Melangkah seraya menyambar tasnya. Tiba-tiba berhenti. Setelah mengeluarkan sapu tangan, batuk-batuk dan menyedot hidungnya.
Saya influenza, bukan ?

SELESAI

Rabu, 20 Mei 2009

PUSAT BAHASA DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

"Ihwal Kami" menyajikan informasi mengenai profil organisasi penyelenggara laman (homepage) ini, yang menampilkan kiprah Pusat Bahasa sebagai penyelenggara utama. Pusat Bahasa adalah instansi pemerintah di lingkungan Departemen Pendidikan Nasional yang menangani permasalahan yang berkaitan dengan kegiatan pembinaan dan pengembangan bahasa dan sastra di Indonesia. Di dalam melaksanakan tugasnya, Pusat Bahasa dibantu oleh balai bahasa dan kantor bahasa yang sekarang ini berada di 22 kota (Banda Aceh, Medan, Pekanbaru, Padang, Jambi, Palembang, Bandar Lampung, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Denpasar, Mataram, Pontianak, Palangkaraya, Banjarmasin, Samarinda, Manado, Palu, Kendari, Makassar, dan Jayapura). Sejak berdirinya pada tahun 1947, Pusat Bahasa telah berulang kali berganti nama, antara lain Lembaga Bahasa dan Kesusastraan, Direktorat Bahasa dan Kesusastraan, Lembaga Bahasa Nasional, Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, dan (kini) Pusat Bahasa. Peralihan nama menjadi Pusat Bahasa terjadi pada tanggal 24 Januari 2000, berdasarkan surat keputusan Menteri Pendidikan Nasional No. 010/0/2000. Informasi lebih lanjut tentang Pusat Bahasa dapat diperoleh melalui alamat berikut. 

Pusat Bahasa
Departemen Pendidikan Nasional
Jalan Daksinapati Barat IV
Rawamangun, Jakarta 13220
Tel. (021) 4706288
Faks. (021) 4750407
posel: pb@diknas.go.id

Penelitian Bahasa Indonesia di Jawa Oleh Pusat Bahasa

Jawa

Antonimi dalam Bahasa Jawa. Sudaryanto [et al.]. 1995. xii, 129 hlm.; 21 cm.

Beberapa Masalah Sintaksis dalam Bahasa Jawa. Gloria Poedjosoedarmo [et al.]. 1981. xi, 57 hlm.; 21 cm.

Diatesis Aktif-Pasif dalam Wacana Naratif Bahasa Jawa (Novel Tunggak-Tunggak Jati). Restu Sukesti [et al.]. 1998. xi, 178 hlm.; 21 cm.

Diatesis dalam Bahasa Jawa. Sudaryanto [et al.] 1991. xiii, 110 hlm.; 21 cm.

Frasa Nomina dalam Bahasa Jawa. Gina [et al.]. 1986. xvi, 160 hlm.; 21 cm.

Frasa Verba dalam Bahasa Jawa. Soerono [et al.]. 1986. xv, 283 hlm.; 21 cm.

Geografi Dialek Bahasa Jawa Kabupaten Demak. Sudaryono [et al.]. 1990. xii, 241 hlm.; 21 cm.

Geografi Dialek Bahasa Jawa Kabupaten Jepara. Dirgo Sabariyanto [et al.]. 1985. xvi, 270 hlm.; 21 cm. 

Geografi Dialek Bahasa Jawa di Kabupaten Pacitan. Mas Haryadi [et al.].1986. xxi, 244 hlm.; 21 cm.

Geografi Dialek Bahasa Jawa Kabupaten Pati. Dirgo Sabariyanto [et al.]. 1983. xix, 250 hlm.; 21 cm.

Geografi Dialek Bahasa Jawa Kabupaten Pekalongan. Raminah Baribin [et al.]. 1986. 

Geografi Dialek Bahasa Jawa Kabupaten Rembang. Soedjarwo [et al.]. 1987. xix, 223 hlm.; 21 cm.

Geografi Dialek Bahasa Jawa Kabupaten Surabaya. Soetoko [et al.]. 1984. xix, 204 hlm.; 21 cm.

Geografi Dialek Bahasa Jawa Kabupaten Tuban. Sunaryo H.S. [et al.]. 1984. xii, 206 hlm.; 21 cm.

Geografi Dialek Banyuwangi. Soetoko Soekarto [et al.]. 1981. xiv, 181 hlm.; 21 cm. 

Interferensi Gramatikal Bahasa Indonesia dalam Bahasa Jawa. Abdulhayi [et al.]. 1985. xiii, 124 hlm; 21 cm.

Jenis Peran Kalimat Tunggal Bahasa Jawa. Sukardi. 1996. vii, 111 hlm.; 21 cm.

Kaidah Penggunaan Ragam Kromo Bahasa Jawa. B. Ekowardono [et al.]. 1993. xii, 125 hlm.; 21 cm.

Kajian Wangsalan dalam Bahasa Jawa. D. Edi Subroto [et al.]. 2000. x, 110 hlm.; 21 cm.

Kalimat Pasif dalam Bahasa Jawa. Syamsul Arifin [et al.]. 1999. vii, 112 hlm.; 21 cm.

Kata Tugas Bahasa Jawa. Rusyadi [et al.]. 1985. 

Keterangan dalam Kalimat Bahasa Jawa. Sudaryanto (ed.). 2001.vii, 150 hlm.; 21 cm.

Kitab Bunga Rampai: Kajian Singkat Bentuk dan Isi. Imam Budi Utomo dan Umar Sidik. 2001. viii, 220 hlm.; 21 cm. 

Klausa Pemerlengkapan dalam Bahasa Jawa. Herawati [et al.]. 2000. x, 142 hlm.; 21 cm.

Koherensi dalam Wacana Naratif Bahasa Jawa. Sumadi dan Dirgo Sabariyanto. 1998. iv, 110 hlm.; 21 cm.

Kohesi dan Koherensi dalam Wacana Naratif Bahasa Jawa. Sumadi [et al.] 1998. x, 110 hlm.; 21 cm.

Konjungsi Koordinatif Gabung dalam Bahasa Jawa. Wedhawati [el al.]. 1998. 83 hlm.; 21 cm.

Koordinatif Gabung dalam Bahasa Jawa. Wedhawati [et al.]. 1998. ix, 73 hlm.; 21 cm.

Kosakata Bahasa Jawa. Rusyadi [et al.] 1985. xiii, 249 hlm.; 21 cm.

Masalah Sintaksis Bahasa Jawa. Gloria Poedjosoedarmo [et al.]. 1981. xi, 57 hlm.; 21 cm.

Medan Makna Aktivitas Kaki dalam Bahasa Jawa. Sri Nardiati [et al.]. 1998. x, 126 hlm.; 21 cm.

Medan Makna Rasa dalam Bahasa Jawa. Suwadji [et al.]. 1995. xii, 202 hlm.; 21 cm.

Modalitas dalam Bahasa Jawa. B. Karno Ekowardono [et al.]. 1999. vii, 112 hlm.; 21 cm.

Morfofonemik Bahasa Jawa Dialek Surabaya. Sugeng Adipitoyo [et al.]. 1999. xi, 103 hlm.; 21 cm.

Morfologi Bahasa Jawa. Soepomo Poedjosoedarmo. 1979.

Morfosintaksis Bahasa Jawa. Suwadji [et al.]. 1986. xiii, 133 hlm.; 21 cm.

Pelesapan Objek dalam Bahasa Jawa. Sukardi 1997. x, 77 hlm.; 21 cm.

Pemakaian Bahasa Jawa dalam Media Massa Cetak. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1990. xiii, 98 hlm.; 21 cm.

Pemakaian Bahasa Jawa di Daerah Pesisir Utara Jawa Timur Bagian Sempit. Soedjito [et al.]. 1986. xviii, 110 hlm.; 21 cm.

Penelitian Bahasa dan Sastra Babad Demak Pesisiran. Suripan Sadi Hutomo [et al.]. 1984.

Penelitian Bahasa dan Sastra dalam Naskah Cerita Sri Tanjung di Banyuwangi. Anis Aminoedin [et al.]. 1986.

Pengajaran Bahasa Jawa di Sekolah Dasar. Sarjana Hadiatmaja [et al.]. 1987. xi, 215 hlm.; 21 cm.

Pengajaran Bahasa Jawa di SMTP Daerah Istimewa Yogyakarta. MukidiAdisoemarto [et al.]. 1986. xviii, 200 hlm.; 21 cm.

Pengajaran Bahasa Jawa di SPG Daerah Istimewa Yogyakarta. Slamet Riyadi [et al.]. 1994. xii, 196 hlm.; 21 cm.

Perbandingan Semantis Makna atas--bawah dalam Bahasa Indonesia-Jawa-Sunda. Kurniatri Resminingsih, Menuk Hardaniwati, dan Lien Sutini.1998. xi, 135 hlm.; 21 cm.

Perbandingan Sistem Morfologi Verba Bahasa Jawa dengan Sistem Morfologi Verba Bahasa Indonesia. Suwadji, Dirgo Subaryanto, dan Samit Sudiro. 1991. xiii, 118 hlm.; 21 cm.

Preposisi dalam Bahasa Jawa. Wedhawati [et al.]. xxi, 216 hlm.; 21 cm.

Ragam Panggung dalam Bahasa Jawa. Soepomo Poedjosoedarmo [et al.]. 1986. xiii, 154 hlm.; 21 cm.

Sistem Derivasi dan Infleksi Bahasa Jawa Dialek Tengger. Sunoto [et al.]. 1990. xvii, 158 hlm.; 21 cm.

Sistem Morfologi Kata Kerja Bahasa Jawa Dialek Jawa Timur. Soedjito [et al.]. 1981. xv, 251 hlm.; 21 cm.

Sistem Morfemis Adjektiva Bahasa Jawa-Indonesia: Suatu Studi Kontrastif. Sumadi [et al.]. 1995. xii, 91 hlm.; 21 cm.

Sistem Morfemis Nomina Bahasa Jawa-Indonesia: Suatu Studi Kontrastif. Sri Nardiati [et al.]. 1995. iii, 139 hlm.; 21 cm.

Sistem Perulangan Bahasa Jawa. Soepomo Poedjosoedarmo [et al.]. 1981. xii, 154 hlm.; 21 cm.

Sistem Perulangan Bahasa Jawa Dialek Jawa Timur. Soedjito. 1985.

Struktur Bahasa Jawa di Perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur Bagian Utara. L. Soemarto [et al.]. 1986. xi, 96 hlm.; 21 cm.

Struktur Bahasa Jawa Dialek Banten. Iskandarwassid [et al.]. 1985. xi, 123 hlm.; 21 cm.

Struktur Bahasa Jawa Dialek Tengger. Soedjito [et al.]. 1984. xxv, 210 hlm.; 21 cm.

Struktur Bahasa Jawa Pesisir Utara Jateng (Tegal dan Sekitarnya). Suwadji [et al.]. 1981. xvi, 257 hlm.; 21 cm.

Struktur Peran Kalimat Tunggal Berpredikat Kategori Verbal dalam Bahasa Jawa. Sukardi Mp. 1995. ix, 111 hlm.; 21 cm. 

Struktur Semantis Verba dan Aplikasinya pada Struktur Kalimat dalam Bahasa Jawa.Tubiyono [et al.]. 2001. x, 154 hlm.; 21 cm.

Tata Bahasa Deskriptif Bahasa Jawa. D. Edi Subroto [et al.]. 1991. xviii, 176 hlm.; 21 cm.

Tata Bahasa Jawa Mutakhir. Wedawati [et al.]. 2001. xxx, 562 hlm.; 21 cm.

Tingkat Tutur Bahasa Jawa. Soepomo Poedjosoedarmo [et al.]. 1979. 

Tingkat Tutur Bahasa Jawa Dialek Banyuwangi: Buku I. Mas Moeljono [et al.]. 1986. xviii, 91 hlm. 21 cm.

Tipe-Tipe Klausa Bahasa Jawa. Syamsul Arifin [et al.]. 1990. xi, 99 hlm.; 21 cm.

Tipe-Tipe Semantik Bahasa Jawa. Syamsul Arifin [et al.]. 1987. xiii, 179 hlm.; 21 cm.

Verba Transitif Dialek Osing: Analisa Tagmemik. Dendy Sugono 1985. xiv, 81 hlm.; 21 cm.

Rapat Kerja Pembahasan RUU Kebahasaan

Pada tanggal 13—15 Maret 2009, Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional kembali menggelar Rapat Kerja Pembahasan Rancangan Undang-Undang Kebahasaan (RUU Kebahasaan) di Hotel Pangrango, Bogor. Rapat Kerja dipimpin langsung oleh Ketua Tim RUU Kebahasaan Dr. Sugiyono. Salah satu agenda pembahasannya adalah penyempurnaan draf RUU Kebahasaan dan penyelarasan draf RUU Kebahasaan dengan Rancangan Undang-Undang Bendera, Bahasa, Lambang Negara, dan Lagu Kebangsaan (RUU BBLNLK) yang akan segera dibahas oleh Menteri Pendidikan Nasional.

Turut hadir dalam rapat kerja tersebut Kepala Pusat Bahasa, Dr. H. Dendy Sugono dan perwakilan dari Biro Hukum dan Organisasi, serta Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional (Balitbang Depdiknas). (hr.)

Analisis Asimilasi Morfofonemik Bahasa Simalungun

Category/Subject: Master Theses / Letters / Linguistics
Keyword: fonem, morfem, morfofonemik, asimilasi 
Creator: Betty Rosalina Nababan 

Description (Indonesia):
Judul Penelitian ini adalah Analisis Asimilasi Morfofonemik Bahasa Simalungun. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan terjadinya asimilasi morfofonemik dalam bahasa Simalungun, jenis asimilasi, tipe asimilasi morfofonemik, dan fungsi asimilasi morfofonemik bahasa Siamlungun. Data diambil dari sumber tertulis dan sumber lisan, selanjutnya data dianalisis berdasarkan teori Linguistik Struktural yang dikembangkan Blommfield, Ramlan, dan pakar structural lainnya. Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa tidak semua fonem atau bunyi dilafalkan seperti yang tertera dalam tulisan, beberapa fonem yang saling berdekatan yang berbeda dalam tulisan menjadi mirip atau sama dalam pengucapan.

Other Description:
The title of this research is Morphophonemic Assimilation Analysis on Simalungun Language. The objective of this research would be to describe the occurrence of the morphophonemic assimilation, the type of morphophonemic assimilation, and function of morphophonemic assimilation in Simalungun language. The data were taken from written and oral resource, and then the data were analyzed based on Structural Linguistic theory developed by Bloomfield, Ramlan, and another structural experts. The findings of the research indicated that not all phonemes or sounds uttered as what was written, some adjacent and different phonem in writing became similar or the same in pronunciation.

Teori Morfologi

MINGGU 11
 
 
 
 
 

2  

MORFOLOGI 
  Morfologi berasal daripada bahasa Greek, iaitu :
 

  morf = bentuk

  logos = ilmu  
  Ilmu yang mengkaji soal yang berhubung dengan :
 

  - selok belok bentuk kata

  - kemungkinan adanya perubahan golongan kata

  ( fungsi gramatik )

  - kemungkinan perubahan makna kata akibat daripada

  perubahan bentuk kata ( fungsi semantik )
 
 
 
 
 

3  

MORFOLOGI DAN LEKSIKOLOGI 

Morfologi

( morphology) 

Mengkaji struktur, bentuk dan golongan 

kata dan makna yang wujud akibat 

peristiwa gramatis. 

Contoh : 

Runcing (KA)

Keruncingan (KN)

Meruncingi (KKT)

Meruncingkan (KKT)  

Leksikologi

( lexicology ) 

Mengkaji dan menganalisis kosa kata 

serta makna dan evolusinya. 
 

Contoh : 

Runcing : berhujung tajam

Keruncingan : perihal runcing

Meruncingi : meraut

Meruncingkan : membuat jadi runcing
 
 
 
 
 

4  

Contoh lain  

Bermasak : yang sudah masak

Bermasak-masak : sedang memasak lauk-pauk

Bermasakan / bermasak-masakkan : sedang masak ( buah-buahan )

Memasak / mempermasakkan : mengolah makanan supaya masak

Memasak-masak : membuat pelabagai kuih

Masak-memasak : hal / urusan memasak makanan

Memasakkan : memasak untuk orang lain atau menjadi masak

Masakan : apa-apa yang dimasak

Pemasak : orang yang memasak

Pemasakan : hal memasak

Semasak : selama masa yang perlu 
 
 
 
 
 

5  

MORFOLOGI DAN ETIMOLOGI 

MORFOLOGI 

ETIMILOGI 

Menyelidik peristiwa / kejadian 

umum yang dapat dikatakan 

sebagai sistem bahasa. 

Contoh : 

melupakan-dilupakan

melupai-dilupai

memberi-diberi

memberi-diberikan

kata-mengatakan

nyata-menyatakan 
 
 
 
 
 

Mengkaji / menyelidik asal usul

sesuatu kata secara khusus. 
 

Contoh : 

kena-berkenan

lupa-alpa

lekuk-keluk

cilik-kecil

saya-sahaya

psikologi

wisma
 
 
 
 
 

6  

MORFOLOGI DAN SINTAKSIS 

MORFOLOGI 

SINTAKSIS 

Mengkaji morfem dan kata 

Contoh :

Aminah akan mengadakan 

Perjalanan jauh. 

Aminah : satu morfem

akan : satu morfem

mengadakan : tiga morfem

  meN-

  ada 

  kan

perjalanan : dua morfem

  per….an

  jalan

jauh : satu morfem 

unsur ke…an dengan

tidak adil, tidak mampu, tidak serasi… 

Mengkaji frasa, klausa, ayat

dan wacana. 

Contoh :

Aminah akan mengadakan

perjalanan jauh. 

Aminah : subjek

akan mengadakan : predikat

perjalanan jauh : frasa objek 

Hubungan kata tidak dengan 

adil

mampu

serasi

cukup 
 
 
 
 
 
 
 

7  

MORFOLOGI  

FOKUS KAJIAN 

STRUKTUR KATA

Susunan bunyi ujaran / tulisan yang menjadi unit bahasa yang bermakna 

BENTUK KATA 

Rupa unit tatabahasa, sama ada berbentuk tunggal atau terbitan daripada

proses pengimbuhan, pemajmukan dan penggandaan 

PENGGOLONGAN KATA

Penjenisan kata berasaskan persamaan bentuk / rupa dan fungsi / peranan

dengan anggota lain dalam golongan yang sama
 
 
 
 
 

8  

MORFEM 
Unit tatabahasa / bentuk yang paling kecil
 
Bentuk yang bermakna leksikal atau fungsian
 
Tiada bentuk lain sebagai unsurnya
 

ditendang 

di + tendang ialah morfem kerana tiada lagi bentuk lain yang 

lebih kecil daripada bentuk di dan tendang
 
 
 
 
 

9  

ALOMORF 

meN + 

baja membaja 

tadbir mentadbir 

asas mengasas 

langgar melanggar 

had mengehad 
  meN ialah morfem. Apabila meN ini hadir dengan bentuk

  lain ( morfem bebas), maka perubahan bentuk terjadi akibat

  kehadiran fonem awal yang dilekatinya.
 
 
 
 
 

10  
 Makna morfem ini tetap, walaupun bentuknya berubah, iaitu 

  melakukan pekerjaan seperti makna kata dasar. 
 
 Oleh itu, bentuk me, men, mem, meng dan menge merupakan 

  anggota meN. Anggota morfem seperti ini disebut alomorf, dan 

  setiap unsur itu disebut morf. 
 
 Alomorf ( allomorph ) ialah kelainan yang tidak distingtif yang 

  merupakan anggota daripada satu morfem. 
 
 Distingtif ialah sifat pembeda ciri sesuatu unit linguistik yang 

  membedakan satu unit linguistik dengan unit linguistik yang lain. 
 
 
 
 
 

11  

CARA MENGENAL MORFEM 
  Morfem dapat dikenali melalui prinsip tertentu
 
 Salah satu prinsip yang popular ialah analisis konstituen terdekat, analisis unsur langsung atau IC ( Immediate Constituent ), iaitu :
 

Unsur yang secara langsung dapat membentuk suatu bentuk yang lebih besar 
 
 
 
 
 

12  
 Caranya, mencari bentuk yang satu tingkat lebih kecil daripadabentuk yang dianalisis, berasaskan penggunaannya oleh penutur jati bahasa itu.
 
 Misalnya bentuk kepanasan. Berasaskan paradigma, kita dapat

  tentukan bahawa bentuk dasarnya ialah panas. Jika kita gunakan kaedah mencari, mungkin kita memperoleh bentuk satu tingkat lebih kecil, iaitu kepanas atau panasan. 
 Oleh sebab bentuk ini tidak digunakan oleh penutur jati bahasa 

  Melayu, maka bentuk ini sewajarnya ditolak. Bentuk yang lebih 

  wajar ialah panas.
 
 
 
 
 

13  
 Cara pembentukannya dapat digambarkan seperti berikut :
 

ke 

panas 

an 

kepanasan 
 Bentuk kepanasan mengandung dua morfem, iaitu ke….an 

  dan panas 

men 

jalan 

kan 

menjalankan 
 
 
 
 
 

14  

JENIS MORFEM 

Morfem Bebas 

Morfem yang boleh berdiri sendiri sebagai satu kata, dan mempunyai makna 

yang tersendiri, serta berfungsi dalam ujaran. Bentuk ini tidak memerlukan 

kata lain. Contoh : 

ikan, meja, baju, kertas, manusia, jalan 

Morfem Terikat  

Morfem yang tidak boleh berdiri sendiri sebagai kata, dan hanya wujud

sebagai imbuhan yang digabungkan dengan morfem lain untuk membentuk

kata yang berfungsi dalam ujaran. Contoh : 

ber + jalan = berjalan

tulis + kan = tuliskan

ke + tulang + an = ketulangan
 
 
 
 
 

15  

Morfem Dasar 

Morfem berfungsi sebagai dasar untuk membentuk morfem yang lebih besar, 

iaitu kata terbitan. Contoh:  

ber + buru = berburu

buru ialah morfem dasar untuk kata berburu  

ke + adil + an = keadilan 

adil ialah morfem dasar untuk kata keadilan  
 

Morfem Kecuali  

Morfem yang kehadirannya tidak menjejaskan morfem dasar yang dilekatinya.

Contoh:  

mem + berangkat + kan 

berangkat + kan 

berangkat 

Morfem mem dan kan ialah morfem kecuali 
 
 
 
 
 

16  

Morfem Wajib 

Morfem yang perlu dilekatkan morfem lain untuk membolehkannya berfungsi dalam ujaran. Contoh : 

juang daya juang

  berjuang

  memperjuangkan

  perjuangan 

temu temu duga

  janji temu

  temu janji

  bertemu

  menemukan

  menemui 

kesejukan kesejuk

  sejukan 

ke dan an tidak berfungsi jika salah satunya tiada  
 
 
 
 
 

17  

Morfem Tidak Wajib 

Morfem yang tanpa kehadirannya, morfem lain masih boleh berfungsi 

dalam ujaran. Contoh :

 

di dimakan 

Morfem Tertutup 

Morfem yang tidak menerima morfem lain untuk membentuk kata yang 

berfungsi dalam ujaran. Contoh :  

yang

dan

bahawa

berkepemimpinan

berkesudahan 
 
 
 
 
 

18  

Morfem Terbuka 

Morfem yang masih memungkinkan morfem lain untuk melekat pada morfem itu, dan dapat menerbitkan makna lain. Contoh : 

kesudahan > berkesudahan 

pemimpin > kepemimpinan

banyak > kebanyakan 

bersih > kebersihan

indah > keindahan

  > memperindah 

Morfem Unik  

Morfem yang kehadirannya terhad pada morfem tertentu sahaja. Contoh : 

kering kontang

pucat lesi

merah menjahang 

hitam legam 

Kontang, lesi, menjahang dan legam tidak dapat digabungkan dengan

unsur lain.
 
 
 
 
 

19  

Morfem Intonasi 

Pola intonasi yang membedakan pelbagai jenis ujaran. Contohnya 

intonasi menaik dalam ayat tanya tanpa kata tanya. Contoh :  

Sudah bertunang ?

Anda hendak makan ? 

Morfem Terbahagi 

ke + ada + an > keadaan

mem + besar > membesar

mem + besar + kan > membesarkan

mem+ per + besar > memperbesar

pe + pimpin > pemimpin 

ke + pe + pimpin + an > kepemimpinan

meng + ubah > mengubah

ubah + kan > mengubahkan 

me + tunjuk +kan > menunjukkan  
 
 
 
 
 

20  

Morfem Kosong  

Morfem yang berubah fungsi tatabahasa dengan tidak mengubah bentuk.

Contoh : 

deer deer = rusa

sheep sheep = kambing biri-biri

saudara saudara  

Deer dan sheep tunggal atau jamak sama sahaja. Begitu juga saudara 

yang bermaksud tunggal dengan saudara yang bermaksud jamak. 

Morfem Tunggal: morfem yang rediri daripada satu morfem. Contoh: 

duduk, bangun, makan, minum, jatuh 

Morfem Kompleks  

Morfem yang terdiri daripada dua morfem atau lebih. Contoh : 

temu duga, perjalanan, ketua polis negara
 
 
 
 
 

21  

  IMBUHAN  
Unit/unsur tertentu (morfem terikat) yang ditambah/dilekatkan pada 

  unsur/bentuk lain, sama ada bentuk dasar atau bentuk akar kata untuk 

  mewujudkan satu kata lain, yang berfungsi dalam ujaran, serta 

  mengakibatkan perubahan makna ketatabahasaan kata baharu yang

  terhasil itu. 
Jenis imbuhan dapat diasaskan kepada tiga kriteria, iaitu: posisi, 

  keproduktifan, asal. 
Berasaskan posisi, imbuhan dapat dibahagikan kepada lima, iaitu :

  awalan, akhiran, sisipan, apitan, dan gabungan. 
 
 
 
 
 
 

22  
Awalan ialah imbuhan yang diletakkan di awal kata akar atau kata dasar 

  untuk membentuk kata.  

ber + tambah > bertambah

ter + senyum > tersenyum

mem + bantu > membantu

pe + laksana > pelaksana

per + sada > persada 
Akhiran ialah imbuhan yang diletakkan di akhir kata akar atau kata dasar 

  untuk membentuk kata yang berfungsi dalam ujaran. Contoh : 

lari + an > larian

gemar + i > gemari

sejuk + kan > sejukkan

butir + an > butiran

awas + i > awasi

mandi + kan > mandikan 
 
 
 
 
 

23  
Sisipan ialah imbuhan yang diletakkan di tengah kata akar atau kata dasar ( morfem dasar yang dimulai konsonan ) untuk membentuk kata yang berfungsi dalam ujaran. Contoh :
 

er + gigi > gerigi

em + guruh > gemuruh

el + gegar > gelegar

in + sambung > berkesinambungan 
Apitan ialah imbuhan yang terdiri daripada gabungan serentak awalan dan akhiran untuk mengiringi kata akar atau kata dasar ( pengimbuhan serentak ) untuk membentuk kata yang berfungsi dalam ujaran. Contoh :
 

ke + aib + an > keaiban

pe + laksana + an > pelaksanaan

me + tunjuk + kan > menunjukkan 

me + wujud + kan > mewujudkan

ke + silap + an > kesilapan
 
 
 
 
 

24  
Gabungan ialah imbuhan yang terdiri daripada dua atau lebih imbuhan 

  yang tidak perlu hadir serentak untuk membentuk kata yang berfungsi 

  dalam ujaran. Contoh: 

mem + per + lebar > memperlebar

mem + per + indah > memperindah

di + per + luas > diperluas 
Berasaskan keproduktifan, imbuhan dilihat dari sudut produktif dan 

  nonproduktif. Imbuhan produktif ialah imbuhan yang mempunyai 

  keupayaan untuk dilekatkan pada morfem lain untuk membentuk kata

  yang berfungsi dalam ujaran. 

meN me + ledak > meledak, men + ternak > menternak

  mem + bawa > membawa, meng + galas > menggalas,

  menge + ram > mengeram 

di di + jual > dijual, di + guna + kan > digunakan. 

an lapis + an > lapisan, suku + an > sukuan.  
 
 
 
 
 

25  
Imbuhan nonproduktif ialah imbuhan yang tidak berkeupayaan untuk

  dilekatkan pada morfem lain. Contoh : 

el + tunjuk > telunjuk, em + gilang > gemilang, er + gigi > gerigi 
Berdasarkan asalnya, imbuhan dapat dibahagikan kepada dua, iaitu 

  imbuhan asli dan imbuhan pinjaman. 
Imbuhan asli ( jati ) ialah imbuhan yang berasal daripada bahasa ibunda 

  penutur. Contoh dalam bahasa Melayu ialah : 
 

ber + rantai > berantai

me + nanti > menanti

ter + cinta > tercinta

per + tapa > pertapa

pe + laris > pelaris

di + sunting > disunting

hangat + kan > hangatkan

akhir + i > akhiri

ed + gebuk > gedebuk

ke + gelap + an > kegelapan
 
 
 
 
 

26  
Imbuhan asing ialah imbuhan yang belum berupaya keluar daripada

  lingkungan bahasa imbuhan itu. Contoh :  

hadir + in > hadirin, hadir + at > hadirat, muslim + in > muslimin,

muslim + at > muslimat, ustaz + ah > ustazah 
Imbuhan serapan ialah imbuhan yang berasal daripada bahasa lain 

  ( yang bukan bahasa penutur ) tetapi imbuhan ini sudah dianggap sebati

  dengan bahasa penutur, iaitu imbuhan ini sudah berupaya keluar daripada

  lingkungan bahasa asal. 

budaya + wan > budayawan

seni + man > seniman

karya + wan > karyawan

seni + wati > seniwati

harta + wan > hartawan 

derma + wan > dermawan
 
 
 
 
 

27  

  KATA  
Kata mempunyai ciri yang berikut:
 
Satuan bebas yang paling kecil
Dua satuan bebas, iaitu satuan fonologi dan satuan gramatis
Mempunyai makna lengkap
Dapat berdiri sendiri dalam ayat
 
Satuan fonologi bermaksud kata terdiri daripada satu atau beberapa suku

  kata, dan suku kata itu sendiri terdiri daripada satu atau beberapa fonem 

  yang wujud sebagai unsur atau konstituen dalam ayat. Contoh : 

ber + ma + lam > 3 suku kata

ber > 3 fonem /b/, /e/, /r/

ma > 2 fonem /m/, /a/

lam > 3 fonem /i/, /a/, /m/ 

bermalam > 8 fonem
 
 
 
 
 

28  
Satuan gramatis bermaksud kata terdiri daripada satu atau beberapa

  morfem yang wujud sebagai unsur atau konstituen dalam ayat. Contoh : 

bermalam > 2 morfem

  ber + malam

kemalaman > 2 morfem

  ke…an + malam

berkepemimpinan > 4 morfem 

  ber, ke….an, pe + pimpin 
Satuan fonologi dan satuan gramatis ini menunjukkan bahawa definisi

  kata berdasarkan kriteria : 
  makna
  fonologi ( tanda sebagai gabungan arbitrari antara representasi 

  fonologi yang utuh dan distingtif dengan makna )

- fungsi sebagai unsur minimum yang bebas
 
 
 
 
 

29  
Pokok kata bermaksud satuan yang tidak dapat berdiri dalam ujaran 

  biasa, dan secara gramatis tidak bersifat bebas. 
Satuan ini tidak termasuk dalam golongan imbuhan kerana satuan ini

  mempunyai sifat tersendiri, dan dapat dijadikan bentuk dasar. Contoh : 

temu > bertemu

juang > pejuang, berjuang

tawa > ketawa

ambil > ambilan, mengambil

main > bermain, mainan

jabat > jabatan, pejabat

baca > membaca, bacaan

sandar > penyandar, bersandar

alir > aliran 
 
 
 
 
 

30  
Berikut ialah contoh kata satuan bebas :
 

kertas, baju, mentah, nasi, jagung, kenegaraan, warganegara,  

tanggungjawab, tamadun, ketidakadilan, kebahagiaan, kesedihan,


kesepakatan, berdarmawisata, sabun, dirgahayu, kesinambungan, 

toksid, abstrak, tekal, lestari, matra, citra, matahari, bulan,bintang,  

dewa, raja, menteri, sultan, sabut, indah, cantik, menawan, buku,  

almari, berkelah, menghadap, bertanya, pintu, belakang, hadapan, 

pagar, rumah, batu, anjung, bumbung, tangga, kereta api, alat tulis…
 
 
 
 
 

31  
Berikut ialah contoh dua satuan bebas :
 

jatuh hati, masuk hantu, rampas kuasa, tumbuk rusuk, luar musim,

racun serangga, luar negara, rumah sakit, rumah putih  
Berikut ialah contoh kata yang bukan satuan bebas, tetapi bersifat satuan

  bebas. Oleh itu, dianggap satuan bebas :  

dari, daripada, sangat, amat, paling, nian, begitu, kepada, kerana 

oleh, sebagainya, juga, sungguhpun, sekalipun, namun, pada, paling,

walau, bagaimana, dapat, boleh, ialah, adalah, maka, al-kisah, memang,

biar, jika, jikalau  
 
 
 
 
 

32  

BENTUK KATA 
Dari segi bentuknya, kata dapat dibahagikan kepada empat iaitu:
 
kata dasar
kata berimbuhan
kata berulang
kata majmuk
 
 
Kata dasar ialah kata akar yang menjadi dasar kepada sesuatu kata. Kata

  dasar mungkin berupa : 

kata,

pokok kata,

frasa,

kata + kata

kata + pokok kata,

pokok kata + pokok kata 
 
 
 
 
 

33  
Contoh bentuk kata dasar :
 

berpakaian

berkesudahan

pemerolehan

pengetua

mengetepikan

dianaktirikan 
 

pakaian

kesudahan

peroleh

ketua

ke tepi

anak tiri 

pakai

sudah

oleh

tua 

Bentuk dasar 

Bentuk akar / dasar
 
 
 
 
 

34  
Kata berimbuhan ialah kata yang mengalami perubahan bentuk akibat kehadiran imbuhan pada awal, tengah, atau akhir sama ada secara gabungan atau apitan. Contoh :
 

me + tarik > menarik

el + getar > geletar

masak + kan > masakkan

ke + asli + an > keaslian

Masak + an > masakan
 
 
 
 
 

35  

KATA DASAR 

YANG 

MENERIMA

IMBUHAN 

AKAR 

TUNGGAL 

TERBITAN 

MAJMUK 

RANGKAI KATA 

pertapaan 

daratan

pengeposan 

keberkesanan

keberuntungan 

berdaya serap

keibubapaan 

ketidaksempurnaan

ketidakmampuan
 
 
 
 
 

36  

KATA GANDA 
Kata ganda ialah kata yang terbentuk daripada kata yang diulang atau

  digandakan sebahagian atau seluruhnya 
Berdasarkan ini, kata ganda dapat dibahagikan kepada empat jenis, iaitu :
 
Kata ganda seluruh ( pengulangan dwilingga ). Contoh : 
 

pohon-pohon

kuda-kuda

kejadian-kejadian

kegiatan-kegiatan

fikiran-fikiran

mata-mata

rama-rama
 
 
 
 
 

37  
Kata ganda separa ( pengulangan dwipurwa ) Contoh :
 

tangga tetangga

tamu tetamu

luhur leluhur

tirah tetirah 
Kata ganda berirama. Contoh : 
 

gerak-gerik

sayur-mayur

batu-batan

lauk-pauk
 
 
 
 
 

38  
Kata ganda berimbuhan ( pengulangan dwilingga berimbuhan ).
 

  Contoh : 

bermanja-manja

tarik-menarik

tali-temali

melihat-lihat
 
 
 
 
 

39  

MORFOFONEMIK 
Kajian tentang peristiwa perubahan fonem akibat pertemuan morfem 

  dengan morfem yang menghasilkan kata, dan kata dengan kata yang 

  menghasilkan frasa. 
Morfofonemik dapat dibahagikan kepada dua, iaitu :
 
  morfofonemik kata
  morfofonemik frasa 
 
Morfofonemik kata ialah perubahan fonem akibat pertemuan morfem

  yang mewujudkan kata. Contoh : 

me + tari = menari

me + tulis = menulis

me + sayang = menyayang

me + suci = menyuci
 
 
 
 
 

40  
Morfofonemik frasa ialah perubahan fonem akibat satu kata yang diikuti kata lain yang mewujudkan frasa. 
 
Contoh :
 

putito = telur

mohutodu = busuk

putitaa mohutodu = telur busuk

PEMBELAJARAN MORFOFONEMIK DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK INKUIRI PADA SISWA KELAS 2 SMU BAYAH TAHUN PELAJARAN 2005/2006

BAB I

PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang Masalah

Pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia dewasa ini belum menampakkan hasil yang memuaskan. Hal ini terbukti dari seringnya terungkap dalam berbagai media cetak tentang rendahnya mutu pengajaran bahasa Indonesia.

Kegagalan dan keberhasilan pengajaran di sekolah-sekolah tentunya dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah satu faktomya adalah faktor tujuan. Tujuan pembelajaran bahasa Indonesia harus diarahkan pada aspek-aspek keterampilan berbahasa. Aspek-aspek keterampilan berbahasa tersebut meliputi keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca dan keterampilan menulis.

Berbicara mengenai aspek-aspek keterampilan berbahasa, maka pembicaraan tersebut tidak lepas dari tujuan pengajaran bahasa secara umum. Oleh karena itu, tujuan pengajaran bahasa Indonesia tidak semata-mata mengajarkan siswa agar menguasai ilmu bahasa, akan tetapi harus diajarkan bagaimana seorang siswa terampil berbahasa. Dengan demikian, berbahasa berarti belajar kemampuan siswa dalam berkomunikasi dengan bahasa Indonesia lisan maupun tulisan (Tarigan, 1995:32).

Berdasarkan hasil pengarnatan penulis, ada beberapa hal yang diamanatkan dalam kuriikulum, yakni perbandingan bobot pembelajaran bahasa dan sastra sebaiknya seimbang dan dapat disajikan secara terpadu, misalnya wacana sastra dapat sekaligus dipakai sebagai bahan pembelajaran bahasa (Depdikbud, 1994:3). Hal itu membuktikan bahwa pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia bukanlah suatu pembelajaran yang harus diajarkan terpisah-pisah, tetapi suatu pembelajaran yang terpadu.

Seorang guru bahasa Indonesia mempunyai tanggung jawab ganda, yaitu membina kemampuan menyampaikan dan menerima pesan baik lisan maupun tulisan. Sementara itu, bentuk aktivitas lain yang terlihat dalam proses belajar, akhimya akan terkait dengan mengembangkan kemampuan menulis. Hal itu sesuai dengan pendapat Rahmanto (1988:111) yang menyatakan, bahwa dalam proses belajar bahasa dan sastra, akhimya terkait juga dengan mengembangkan kemampuan menulis ekspresif dan kreatif

Tulisan yang baik menuntut suatu penyajian pokok persoalan yang jelas, pengungkapan ide-ide secara teratur, dan pola pembentukan kata sebagai dasar menyusun kalimat yang baik. Tulisan tersebut akan baik jika pemahaman terhadap morfofonemiknya baik. Dengan demikian, untuk latihan menulis, hendaknya memahaini pola pembentukan kata terlebih dahulu melalul morfofonemik.

Morfofonemik merupakan proses berubahnya fonem menjadi fonem lain sesuai dengan fonem awal atau fonem yang mendahuluinya. Perubahan fonem itu sesuai dengan fonem bentuk dasar yang dilekatinya dan perubahan morfofonemik memegang peranan penting dalam proses pembentukan kalimat yang baik, terutama dalam pembentukan kata tulis.

Telaah morfofonemik dalam sebuah wacana dimaksudkan untuk mengetahul apakah proses pembentukan kata yang dibuat para siswa sudah sesuai dengan ketentuan atau belum. Oleh karena itu, telaah ini memiliki peranan penting dalam rangka meningkatkan keterampilan berbahasa, sehingga dengan kemampuan dan pengalaman yang kita miliki, kita dapat menganalisis pola bentukan kata yang dibuat para siswa dan dapat memberikan kontribusi dalam pembelajaran struktur.

Hal yang perlu dipertegas dalam telaah morfofonemik pada karangan siswa, yakni untuk menemukan pola bentukan kata, kontruksi kalimat, dan struktur bahasanya. Dengan demikian, penelitian ini cukup representatif jika dianalisis mengingat penelitian ini mengutamakan kecermatan siswa dalam menentukan kata dan pola pembentukan kata yang dipakai. Sekaitan dengan itu penulis mengajukan judul: Pembelajaran Morfofonemik dengan Menggunakan Teknik Inkuiri pada Siswa Kelas 2 SMU Bayah Tahun Pelajaran 2005/2006.


1.2 Perumusan dan Pembatasan Masalah

1.2.1 Perumusan Masalah

Untuk mencapai tujuan penelitian yang tepat dan terarah, maka penulis membuat rumusan penelitian ini sebagai berikut:

1) Mampukah penulis mengajarkan morfofonemik dengan menggunakan teknik inkuiri pada karangan siswa Kelas 2 SMU 1 Bayah?

2) Berhasilkah siswa Kelas 2 SMU 1 Bayah belajar morfofonemik melalui teknik inkuiri ?

3) Tepatkah teknik inkuiri digunakan dalam mengajarkan morf'ofonemik pada karangan siswa kelas 2 SMU 1 Bayah?


1.2.2 Pembatasan Masalah

Berdasarkan uraian masalah di atas, ruang lingkup permasalahan penelitian dibatasi pada hal-hal berikut:

1) Pembelajaran morfofonemik didasarkan pada hasil penernuan pola pernbentukan kata melalui teks yang telah disediakan sebelumnya.

2) Morfofonemik yang diteliti terbatas pada prefiks.

3) Metode yang dipakai adalah metode penugasan dengan teknik inkuiri.


1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

13.1 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian berkaitan dengan rumusan masalah, yakni mengungkapkan secara jelas permasalahan yang diteliti. Secara lengkap penelitian ini bertujuan untuk:

1) mengetahui kemampuan penulis mengajarkan morfofonemik dengan menggunakan tekiilk inkuiri pada karangan siswa Kelas 2 SMU 1Bayah

2) mengetahui keberhasilan siswa Kelas 2 SMU 1 Bayah dalam Belajar morfofonemik melalui teknik inkuin;

3) ingin mengetahui ketepatan teknik inkuiri digunakan dalam mengajarkan morfofonemik pada karangan siswa kelas 2 SMU1 Bayah.


1.3.2 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengajaran bahasa Indonesia umumnya, khususnya dapat meningkatkan pengajaran Sastra Indonesia.

Secara khusus manfaat yang ingin didapatkan dari penelitian ini sebagai berikut:

1) Bagi peneliti, hasil penelitian ini memberikan pengalaman yang berharga tentang pembelajaran morfofonemik dalam karangan dengan menggunakan teknik inkuiri.

2) Bagi guru, hasil penelitian ini dijadikan salah satu alternatif bahan pembelajaran pembentukan kata morfofonemik yang diterapkan dalam karangan.


1.4 Anggapan Dasar dan Hipotesis

1.4.1 Anggapan Dasar

Pada hakikatnya, anggapan dasar atau postulat merupakan sebuah titik tolak pemikiran yang tingkat akseptabilitasnya tidak diragukan oleh peneliti (Anikunto 1992:55). Pada penelitian ini tercakup beberapa anggapan dasar yang digunakan sebagai berikut:

1) Penulis telah menyelesaikan mata kuliah MKDK dan mata kuliah keahlian selama delapan semester, sehingga diduga mampu melaksanakan pernbelajaran.

2) Pembelajaran morfofonemik merupakan materi yang tercantum dalarn GBPP bahasa Indonesia SMU berdasarkan Kurikulum 1994.

3) Teknik inkuiri dapat meningkatkan kegiatan belajar siswa, sehingga siswa aktif, tekun, giat dan mandiri dalam belajar.


1.4.2 Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap permasalahan penelitian. Yang menjadi hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut:

1) Penulis mampu mengajarkan morfofonemik dengan menggunakan teknik inkuiri pada karangan siswa Kelas 2 SMU 1 Bayah.

2) Siswa Kelas 2 SMU 1 Bayah berhasil dengan baik belajar morfofonemik melalui teknik inkuiri.

3) Teknik inkuiri dapat digunakan dalam mengajarkan morfofonemik pada karangan siswa Kelas 2 SMU 1 Bayah.



1.5 Metode dan Teknik Penelitian

1.5.1 Metode Penelitian

Metode yang terbaik untuk meneliti suatu hal ialah metode yang dapat memberikan hasil yang sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Metode yang penulis pergunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitik.

Metode deskriptif analitik adalah metode yang digunakan untuk mengumpulkan data analitik dan menganalisa data hasil pembelajaran morfofonemik dengan menggunakan teknik inkuiri yang memusatkan pemecahan masalah yang ada pada masa sekarang. Data yang terkumpul disusun, kemudian dijelaskan dan disimpulkan (Surakhmad, 1982:140).


1.5.2 Teknik Penelitian

Untuk memperoleh data, penulis menggunakan beberapa teknik penelitian sebagai berikut:

1) Studi Kepustakaan

Teknik ini penulis gunakan untuk melengkapi pengetahuan dengan membaca dan menelaah buku-buku yang berkaitan dengan masalah-masalah yang diteliti.

2) Observassi

Teknik observasi penulis gunakan dengan cara mengadakan pengamalan tentang keadaan sekolah yang akan digunakan sebagai tempat penelitian.


3) Teknik Uji Coba

Uji coba merupakan kegiatan penulis dalam mengajarkan morfofonemik dengan menggunakan teknik inkuiri pada karangan siswa.

4) Teknik Tes

Teknik ini digunakan untuk mengetahui keberhasilan siswa dalam kegiatan belajar mengejar pembelajaran morfofonemik.

5) Teknik Analisis

Teknik ini digunakan untuk melakukan analisis data yang diperoleh dari hasil penelitian.


1.6 Populasi dan Sampel

1.6.1 Populasi

Populasi adalah sejumlah individu atau subyek yang terdapat di dalam kelompok tertentu yang dapat dijadikan sebagai sumber data. Adapun sebagian yang diambil dari populasi adalah sampel (Surakhmad, 1980: 93.).

Populasi yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah kernampuan penulis dalam mengajarkan struktur kata dengan menggunakan teknik inkuiri pada siswa Kelas 2 SMU 1 Bayah.

Adapun yang dijadikan penelitian, yaitu populasi siswa kelas 2 berikut ini
No 
Kelas 
Jumlah siswa 
Keterangan

1.

2.

3.

4.

5. 

 

 


Jumlah  

 





1.6.2 Sampel

Bisnis online for dummies
Bahkan pemula pun bisa dapat jutaan rupiah dari bi Cara Halal Mencari Uang di internet
Panduan Bisnis Online bagi pemula, menghasilkan ua
RAHASIA TERHEBAT BISNIS INTERNET
Miliki PANDUAN serta BIMBINGAN secra PRAKTIS DAN M Internet = Ladang Uang ?
Kini saatnya untuk menjadikan Internet sebagai lad
BISNIS GRATIS HASIL FANTASTIS
join di Bisnis Pulsagramku.co.cc bonus 3 Juta/Bln. Gabung menjadi anggota koperasi online
Potensi income hingga jutaan rupiah / bulan.
Pasang Iklan 100rb, Dapat DUIT 2 MILYAR per Tahun!
Konsep baru, beriklan dan berinvestasi sekaligus.. Rp130rb Utk KEUNTUNGAN ANDA 1000%
Rp130rb Utk KEUNTUNGAN ANDA 1000%. DIJAMIN!
SmArt ASSET di INTERNET..!
Uang Mengalir Ke Rekening. Aset Anda Bekerja 24Jam Rahasia Uang Mengalir Otomatis
Cara Tercepat Menghasilkan Uang!!!
Formula Trik Gandakan UANG
Gandakan Uang anda hingga 10kali lipat!!! MESIN UANG OTOMATIS BAGI PEMULA
Praktis, Beroperasi 24 jam, TERBUKTI & TERUJI.
KumpulBlogger.com




Bertitik tolak dari populasi di atas, penulis menetapkan sampel untuk penelitian ini adalah kemampuan penulis dalam mengajarkan morfofonemik dengan menggunakan teknik inkuiri pada siswa Kelas II.1 SMU 1 Bayah yang berumlah 40 orang.

Sampel siswa ditentukan dengan teknik random undi bagi kelas II.1 sampai 11.5. Penulis memilih satu kelas yang akan dijadikan sampel penelitian.


1.7 Definisi Operasional

Secara operasional, istilah-istilah yang terdapat dalam judul penelitian ini dapat didefinisikan sebagai berikut:

1) Uji coba adalah pengujian sesuatu sebelum dipakai atau dilaksanakan untuk mengetahui kwalitas sesuatu.

2) Pembelajaran morfofonenik adalah suatu kegiatan belajar mengajar dalam rangka interaksi antara guru dan siswa untuk mencapai tujuan berupa proses berubahnya fonem menjadi fonern lain sesuai dengan fonem awal atau fonem yang mendahuluinya proses berubahnya fonem menjadi fonem lain sesuai dengan fonem awal atau fonem yang mendahuluinya.

3) Teknik inkuiri adalah cara belajar yang lebih menekankan kegiatan yang berpusat kepada siswa sebagai subjek belajar untuk menemukan sendiri konsep-konsep yang dipelajari. 

Berdasarkan definisi istilah di atas, maka judul penelitian ini mengandung pengertian suatu pengujian sesuatu sebelum dipakai atau dilaksanakan untuk mengetahui kwalitas belajar mengajar dalarn rangka interaksi antara guru dan siswa untuk mencapai tujuan berupa proses berubahnya fonern menjadi fonern lain sesuai dengan fonern awal atau fonern yang mendahuluinya proses berubahnya fonern menjadi fonem lain sesuai dengan fonern awal atau fonern yang mendahuluinya melalui cara belajar yang lebih menekankan kegiatan yang berpusat kepada siswa sebagai subjek belajar.