Like This Yo...

Kamis, 11 Februari 2010

BRAILLE DITELAN BUASNYA TEKNOLOGI


Bila kita kembali pada sejarah, dimana seorang penyandang tunanetra asal Negara Perancis mempersembahkan untuk dirinya dan penyandang tunanetra di seluruh dunia suatu penemuan berharga yang akan menentukan eksistensi penyandang tunanetra hingga akhir masa, Sekaligus mengubah paradigma mata dunia tentang apa dan bagaimana tunanetra dapat mempersembahkan sesuatu pada dunianya. Huruf Braille yang ditinggalkan Louis Braille seabad lalu, ternyata berdampak sangat besar bagi perkembangan tunanetra dari masa kemasa. Dengan huruf Braille, tunanetra mengangkat totalitas dirinya dengan berbagai kreatifitas yang membanggakan. Berlahan tapi sangat pasti, dengan Braille tunanetra menunjukan potensi yang selama ini tak muncul ke permukaan. Dunia pendidikan bagi tunanetrapun mulai lahir dan dirintis berbagai kalangan yang berkepentingan. Pemerintah di berbagai Negara, yang peduli terhadap siapapun warganya sebagai penyandang tunanetra, mewujudkan berbagai kepedulian mereka agar terciptanya pemerataan pendidikan ataupun pelayanan sama pada setiap warganya. Penyandang tunanetra memanfaatkan huruf Braille sebagai sarana dalam mengikuti pendidikan, meningkatkan wawasan yang tertulis pada setiap buku dalam huruf Braille, atau melahirkan banyak tulisan-tulisan yang berguna bagi kepentingan tunanetra khususnya di seluruh dunia. Hal ini telah berlangsung seabad lamanya, hingga para tunanetra di seluruh pelosok dunia mengenal huruf Braille sebagai alat paling utama untuk menentukan kehidupan mereka. Melalui huruf Braille, tunanetra mulai memperlihatkan kesuksesannya khusus dalam bidang pendidikan, yang melahirkan tunanetra di berbagai Negara sebagai tunanetra yang maju, produktif, kreatif dan paling utama adalah, tunanetra mempu bersaing dengan orang-orang normal di sekitarnya. Tidak sedikit dari penyandang tunanetra lahir sebagai seorang Doktor, penulis, bahkan pengusaha yang handal dan mandiri, meskipun tak sedikit juga penyandang tunanetra masih menjalani kehidupan di bawah standar hidup layak ataupun minim dalam perekonomian, tapi setidak-tidaknya, huruf Braille sangat membantu bagi berbagai kepentingan pribadi mereka. Kini, seiring berkembangnya teknologi dunia yang seakan-akan membabad habis segala bentuk sarana yang bersifat tradisional, Dan banyaknya tunanetra yang telah berani terjun dalam persaingan, Teknologipun mulai menyentuh dunia tunanetra dengan cepat bahkan terkesan membabibuta. Saat penyandang tunanetra terpaksa gigit jari akan ketidakmampuannya menulis atau menggunakan computer, belum lama ini jawaban atas keinginan itupun terpenuhi dan disambut antosias penyandang tunanetra yang haus akan fasilitas praktis dan instan. Job accses with speech Atau yang akrab disebut JAWS, hadir memberikan semangat baru bagi penyandang tunanetra demi melanjutkan segala harapan dan cita-cita untuk mengejar dunia. Jaws yang tengah hadir menemani tunanetra dalam berkiprah di dunia pekerjaan, pendidikan, komunikasi, dan segala bentuk aktifitas tulis menulis, dijadikan mereka penyandang tunanetra umpama obat paling manjur yang menyisihkan obat jenerik yang disediakan pemerintah bagi kalangan miskin. Ini tentu bukan suatu tindakan kurang baik apa lagi salah, Teknologi ini sangat bermanfaat dan menentukan setiap kepentingan penggunanya (TUNANETRA). Huruf Braille dengan segala keterbatasan baik wujud ataupun penggunaannya, dimana setiap tunanetra yang baru mengenalnya, membutuhkan waktu yang tidak sebenter dalam mempelajarinya. Sedangkan Jaws ini, selain mudah dan praktis, Tunanetra tak perlu susah payah apabila hendak memberikan tulisan untuk dibaca kalangan normal karena sudah dalam bentuk tulisan bisaa hasil ketikan computer atau dalam bentuk print out. Bukan hanya membaca dan menulis yang bisa dilakukan dengan bantuan Jaws ini, bahkan, segala aktifitas yang melibatkan sarana computerisasi seperti merambah dunia lewat internet, bisa dilakukan para tunanetra. Jelas, manfaat Jaws jauh lebih menentukan kreatifitas para tunanetra ini. Lalu, bagaimana dengan fungsi dan peranan huruf Braille itu sendiri? Akankah Braille hilang tanpa jejak setelah mengalami pergeseran manfaat dari para penggunanya? Mungkinkah 10 atau 15 tahun ke depan Braille hanya dikenang sebagai sisa-sisa sejarah di kalangan penyandang tunanetra? Yang pasti, Braille hilang berarti budaya membaca bagi kelangan tunanetrapun hilang, Sebab, Jaws memudahkan tunanetra dalam mendapatkan sumber-sumber ilmu dari berjuta buku dan mediamasa. Para tunanetra sekarang, lebih suka menggunakan electronic book dan dijital tolking book untuk mengetahui sebuah buku yang sedang hangat dibaca orang-orang normal dari pada membaca tumpukan buku Braille yang ketebalan dan bobotnya sungguh menyulitkan pembacanya. Para tunanetrapun tak perlu bersusahpayah mengobrak-abrik tumpukan buku saat datang ke perpustakaan khusus tunanetra, Mereka cukup mencari CD ataupun kaset yang jauh lebih ringan dan praktis dari pada setumpuk buku Braille untuk dibawa pulang. Semua isi buku telah dipindahkan ke dalam bentuk CD dan kaset setelah melewati proses yang lebih cepat dibandingkan memmroses salinan buku cetak bisaa ke dalam huruf Braille itu sendiri. Seperti yang telah disinggung, bahwa Braille hilang berarti budaya membaca kan hilang. Hal ini disebabkan karena bila tunanetra telah memakai sarana electronic book atau Dijital tolking book sebagai penganti buku, maka, bukan lagi jari tangan untuk melatih membaca yang berfungsi, melainkan, telinga atau pendengaranlah yang bekerja. Itu berarti, budaya membaca telah beralih pada budaya menyimak tentunya, padahal, dalam ilmu kebahasaan, membaca adalah salahsatu aspek penting dalam tingkat keterampilan berbahasa. Tentu ini bukanlah suatu persoalan yang sepele, Para tunanetra akan terus bertambah populasinya sampai habisnya usia dunia. Untuk itu keberadaan huruf Braille semestinya tetap dipertahankan sebagai suatu sarana awal kebangkitan tunanetra dalam menjalani sisi hidupnya. Bagaimanapun, huruf Braille yang dengan segenap tenaga dan kemampuan penciptanya (LOUIST BRAILLE) hendaknya tidak hilang baik fungsi maupun peranannya untuk terus membantu tunanetra dalam menggapai mimpi-mimpinya.

Tidak ada komentar: